Monday, April 30, 2007

Pekanbaru StorY

Sweet Ultah 1 Syawal
Kulirik sesaat Adidas ditangan kiriku telah menunjukkan pukul 08.00 wib.
“frend…ntar lagi nyampe”, desir hatiku. Cukup lama pandangan ini menoleh keluar jendela. Kapas-kapas yang menggumpal tebal diluar sana seakan-akan memberikan kisah yang nyata, bahwa disanalah terletak sebuah negeri dari para malaikat, negeri khayalan, negeri dongeng, atau sejenis itulah “wow…keyen…” Betapa asyiknya jika bisa bertamasya disana.
Tak lam
a pandangan kualihkan 75derajat dari pesawat, terlihat benda mungil bergerak secara pelan sedang menggores lautan, tampak garis putih yang mengikutinya. Kilauan lautan berlian terlihat begitu indah dari atas pesawatku. Keadaan cukup cerah pagi ini, “mmhh…Have a nice trip-lah…pin”, senyum hatiku. Berharap tidak terjadi apa-apa dalam perjalananku kali ini. Sudah beberapa kali ini aku mudik dengan menggunakan Besi terbang ini, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Biasanya aku naik bus.
Btw, p
unya pengalaman pahit juga ketika naik bus yang menempuh waktu dua hari semalam menuju Pekanbaru. Sebanyak dua kali bus yang aku tumpangi mengalami kecelakaan. Dan tentunya hal itu memakan korban, tapi alhamdulillah, Allah masih sayang sama diriku, aku selamat. Trauma juga ketika melihat darah berceceran didepan mata kepala hidung mulut kuping sendiri.
” Hy…n
geri…I Know What U did last Summer…Hihihihi…sebut namaku 3x…missing”
Pusing ju
ga terlalu lama melihat keluar dan kebawah jendela. Kuluruskan pandangan ini sembari menyenderkan punggungku kekursi.
Tak jauh dari kepalaku, sebuah lubang kecil berwarna hitam yang tak henti-hentinya meniup
kan angin dingin, dengan teganya menghempaskan kerambutku….
”Untun
g nggak ketombean…Amprul...dingin…”
Wajah manis itu sesekali melempar senyuman aslinya, selalu saja mondar mandir, entah apa
yang sedang ia lakukan. Beberapa menit kemudian, keadaan disekitarku menjadi gelap, tak sebuah bendaku pun dapat aku lihat, yah…akhirnya mataku terpejam…Zzzz….
( Mog
a Allah mematikanku dalam keadaan syahid pada setiap kondisi hidupku…)

“Good landing…Good performance…”, kulepaskan sealbelt yang mencengkram perut ini selama 1 jam 25 menit, mobile phone pun kunyalakan. Bergegas untuk turun…
”Terima kasih Anda telah memilih terbang bersama kami…bla…bla…”
“selamat jal
an….”
Untuk yang terakhir kalinya kulihat wajah manis itu, dengan santunnya mengucap selamat jalan.
“Ok..sama-sama mb…
(Allah en
gkaulah yang menentukan nasib seseorang, berilah yang terbaik dalam hidupnya dan keluarganya)..”. jawabku teriring doa.
Pekanb
aru, ini kesekian kalinya aku bersilatuhrahmi. Pekanbaru bukanlah tempat yang ramah suhu. Walaupun tak pernah kuukur suhunya, tapi indra perasaku merasakan keadaan suhu dikota ini termasuk panas, rasanya lebih panas dari Jakarta or Darmaga. Bisa hitam neh kulitku, jadi tidak seputih Sinta lagi deh….;(. Banyak sekali orang yang sedang menunggu kedatangan sanak keluarganya di depan pintu keluar. Kuhentikan langkah sejenak untuk melepaskan jaket hitamku, fuih, dan ternyata,
oh…bada
nku sudah bermandikan ria dengan keringat.
“Ayah dim
ana ya…he said want to jemput…dos-q dimana ya…?”, sekilas kedua mata ini menyapu keadaan sekitar untuk mencari sosok yang sangat berjasa dalam hidup ini. Kukernyitkan jidat ini agar lebih konsentrasi dalam melihat. Maklum, mata ini udah nggak normal, aku silinder min 0,5. tapi semenjak pecahnya kacamata-ku sewaktu i’tikaf tahun lalu aku sudah tidak menggunakannya lagi....
tepat dipo
jok sana, pandangan ini terhenti...
khas sekal
i, kulit sawo teramat matang dengan rokok yang menyelinap dikedua jarinya, melempar senyuman sumringah diselingi asap putih tebal membumbung.
Itu Ayah ”Apaaak....ambo pulang...!!!”jerit hatiku. Segera kuhampiri beliau, lalu tangan yan
g beraroma tembakau pekat itu kucium. Wajahnya sudah tampak tua. Entah sampai kapan antibodinya mampu bertahan terhadap serangan racun seperti Tar, Nikotin, dan 4000 racun lainnya...
Seketika r
anting-ranting matahari pun berjatuhan membakar tembikar hati ini, luluh tak terbendung...
ku tak tahu sudah berapa banyak keringat yang terkuras untuk menghidupi keluarga ini.
Allah m
uliakanlah Ayah....
Wow...kulihat adikku yang terakhir sudah tampak besar...mmhh...kenapa gayanya mirip vok
alisnya Peterpan..
sepertinya gembira sekali pertemuan denganku. Dia mencium tangan ini...Nanda berdarah j
awa dengan bahasa minangnya yang mendarahi jiwanya, oh...rupanya engkau sudah menjadi orang minangnya. ...
”iyo y
o...”. itulah jawaban setiap diberi nasehat sambil ngeloyor keluar entah kemana.....

^^^^^^^^^^
Aku tak banyak bercerita didalam kijang keluaran tahun ’92 ini, mataku masih berkeliaran menatap tampilan kota pekanbaru...tak banyak yang berubah, tampilan monoton relief-relief ruko, mal-mal baru, beberapa rumah kayu...antara kemiskinan dan konsumerisme....
”close up, w
hats up men....!!!” Kesunyian terpecahkan ketika melihat tampilan adikku yang masih bereda di kelas 2 SMP itu, dia duduk didepan.
Yah...rambut
nya....weet look sekali gitu loh...!!!
” de’...min
yak rambutnya apaan...?” tanyaku
”ngapa
emang mas, casablanca dong....”, jawabnya sambil mengelus-ngelus rambutnya
“lho...itu bu
kannya minyak wangi...?”
“deee...kek mana nih mas, ketinggalan jaman...ada jugalah yang buat minyak rambut...!!!” gaya minangnya kentara sekali...
Glek...wah p
layboy juga neh orang...jadi inget jaman masih dulu...aduh...jadi banyak mikirnya deh...!!!
Sepanjang
jalan aku hanya menarikan kedua jempol, dengan kakunya memainkan Snake II-nya Nokia yang tak pernah nyampe point 500, payah...sambil sesekali Ice breaking dengan Ayah dan kedua adikku.
Rumahku tidak begitu jauh dengan Bandara Sultan Syarif Kasim II ini, hanya sekitar 20 menit denga
n kecepatan standar dah nyampe. Btw, Pernah mencium bau pabrik yang mengolah Ban...??? aku sudah!!!...mual sekali baunya serasa isi perut ini ingin keluar, kudekapkan kedua tangan kehidung ini erat-erat ketika Kijang Ayah melintasi daerah itu selama 5 menit, jalur yang harus dilewati jika hendak kerumahku, untung aja baunya tidak sampai kerumah, pokoknya baunya jijay banget deh....hwaaaaaaa.............
pertigaa
n belok kanan, dari kejauhan, terlihat pagar hijau, diatasnya ada galon air yang besar berwarna merah, garasi kayu, beberapa gantungan tanaman anggrek, taman yang teramat kecil sekali ...yap, itulah rumahku,. Perlahan sekali mobil ini berjalan dikomplek yang bernama Villa Indah Paus, sekarang sedang menuju rumah sederhana itu.
Keras juga ketika mendorong pager ini. Bertanahkan pasir putih bertemankan rumput, pekarangan yang tak terlalu luas. Terkadang jika hujan deras pasti terdapat kolam-kolam genangan air di halaman ini, yah begitulah frend...
Tak lama kemudian...Dari dalam muncullah seorang yang namanya disebut-sebut oleh Ra
sul hingga tiga kali,
“Ibumu.
..ibumu...ibumu...”.
badan yang mungil itu sahaja sekali, dengan rambutnya yang mengembang tersenyu
m haru melihat kedatanganku, untuk yang kesekian kalinya kembali kucium tangannya yang agak kasar. Jihadnya seorang wanita adalah ketika dia berhasil dalam mengurusi dan mendidik keluarga, iya nggak...?, terlihat sekali sosok seorang Bunda rumah tangga yang sering melakukan pekerjaan rumah. Aku tahu benar, pagi-pagi Bunda bangun, mencuci pakaian yang sudah direndam pada malam harinya, paginya memasak untuk sarapan, setelah itu menyapu, mengepel, membersihkan segala sudut rumah ini, belanja kepasar, siangnya memasak,
Sore biasanya Bunda keluar kerumah untuk sekedar silatuhrahmi sembari member
sihkan pekarangan or menonton acara perkembangan artis sekarang, dan aku rasa malam hari adalah malam yang paling terindah, menonton sinetron adalah hobinya...
”Bunda,...
yang ku tahu bahwa dibawah telapak kakimu terletak Syurga...dan walaupun aku membopong badanmu menuju mekkah, rasanya belum cukup untuk membalas pengorbanan selama ini....”
Kubuka baju ini sesampainya didalam rumah, tak tahan panasnya, dan langsung tertuju pada baling-baling pelepas panas. Dan, berputarlah baling-baling itu....
Otomatis
keluarlah angin buatan...ademmm. Bunda adalah orang yang banyak sekali bertanya tentang aktifitasku, pokoknya segala macem. Dari masalah makan, kostan, kuliah, teman, dan, mmmh hingga pacar, emang punya pacar.....Glek!!! pokoknya banyak nanya deh.......
Maklumlah aku telah berpisah semenjak aku kelas 3 SD, dan sekarang dirumah menjadi
agak sepi. Semenjak Wawan masuk kuliah di Bogor, tinggallah Ayah, Bunda, dan Nanda. Jadi ya...gitu deh....
Ayah lan
gsung menuju kekamar setelah mengantarku...jika dirumah hobinya adalah tidur..he. Tak lama aku ngobrol dengan Bunda....dan aku pun menyusul Ayah....yap tidur juga.....berharap nanti sore menjelang magrib Bunda memasak masakan yang uenakkk....terbayang deh, sayur ikan, bayam, serutan es melon, jelly, rendang, capcay, telur puyuh dicampur dengan......wah, jadi laper euy...padahal bedug masih lama.....udah ah....Zzzz

^^^^^^^^^^
Baca koran, main gitar, kemesjid, makan es krim, ngirim sms, main PS ma Nanda, ngajar Bunda mengaji, dan yah...itulah rentetan rutinitas yang standar aku lakukan.
Bosankah...??? Mm..terkadang iya, tapi nggak bosen-bosen amat kok, coz, Nanda memi
liki Tarzan, permainan yang sering aku mainkan dan tentunya dengan kapal tempur...setahun sekali main PS...he, ternyata asyik juga.
Teriakkan yang harus berjuang dengan keras untuk mengejewantahkan ialah...
”Maa
as, mas pipin...bantu Bunda ngupas bawang ya...!!!, cepetan...” Biasanya sehabis pulang dari sholat Dzuhur, aku langsung menuju kamar atas untuk baca koran sambil berbaringan. Dan sering sekali terdengar teriakan indah itu dari bawah...
”hah...Ya Allah, ngupas bawang...???
Please deh Mom...!!!”
“udah cepetan, buat persediaan masak nih…!”
Jilatan m
atahari siang masih terasa panas disekujur tubuh, so…ya mau nggak mau harus nego neh ma Bunda…
“ Bu…hehehe (cekikikan nggak jelas gitu…), ntar sore aja ya Bu…panas banget neh, kasihan ma mata…”, rayuku
Raut ke
kecewaan jelas terlukis diwajah Bunda….
“Ampun deh Bu…..ntar sore aja ya….piss, please…” Rayuku merona
Alham
dulillah, Bunda memberi ijin…..
duh, lagian ada-ada aja neh Bunda, jagoan kampus ngupas bawang…???, canda hatiku…Padahalkan nggak boleh seperti itu ya…??? Dosa lho pin…!, Ampun ya Allah..
Yah, beg
inilah resiko jika tidak memiliki anak perempuan. Doain aja deh…Bunda biar cepet punya anak perempuan…

Selaput cahaya jingga memayungi tubuh ini saat melintasi jantung kota Pekanbaru. Motor dinas Ayah yang tua itu ternyata masih bandel...Indah, itulah yang tergambar pada malam itu, lumayan untuk pelepas kebosanan. Lampu kota yang tergerai, hiasan bintang, deruan kendaraan membawa mata ini untuk tetap terus menatap sekitar. Gedung BI adalah yang paling lama kutatap, gedungnya agak gimana gitu....andai saja aku dapat kerja disana, tapi kayaknya nggak mungkin deh...jadi inget ma temen...
”lho...itukan riba tau...lagiankan yang syari’ah banyak....!!!”, she said, aku ingin sekali masuk dibagian Risk Management-nya, BI next time-lah pikirku. Malam ini aku bersama Ayah harus pergi kekantor, pertama kali pergi kekantor Ayah...mmmh, jabatan Ayah apa ya?, aku tak pernah tahu. Susahnya komputer di Pekanbaru, sampai-sampai harus pergi kekantor Ayah. Ada sebuah publikasi yang ingin aku print...tapi belum juga kutemukan Publisher itu....
Alhamdulillah, Ayah dah sedikit berubah, beliau sekarang langkahnya ringan sekali jika mendengar azdan, biasanya malah duluan nyampe masjid dari pada aku.
Bau peng
ap terasa sekali ketika memasuki ruangan salah satu kantor ini. Kerlipan mousenya keren juga, kayak lampu disco....Btw, cukup Lama telunjuk ini memutar dan mengeklik Mouse imut itu.
”Mana ya softwarenya....” keluhku, tawaran teman Ayah yaitu sekaleng pocari-sweat dingin ta
k kugubris. Ugh, keringatku mulai bermain-main dikening dan lengan ini...fuih, aku harus mengedit publikasi ini. Ternyata softwarenya tak kutemukan, dan harus disiasati euy...tidak nyaman juga berlama-lama didepan komputer kantor ini, berhubung semakin larut malam, nggak enak dengan penjaganya,
akhir
nya kuakhiri petualang publikasi ini. ”Failed...!!!”
”coba d
ah diprint di Bogor kemarin....”, kesalku.
Sabar atuh
akang...ulah pundung nyak’.....
Kerutan jidat Ayah terlihat jelas ketika membaca hasil print-out yang jauh sekali dengan h
arapanku, tapi masih bisa terbaca. ”Bestat...???ini apa mas...”, tanya Ayah...
Wah, sus
ah juga ngejelasinnya...dengan tersenyum pede aku jelasin asal muasalnya. Rencananya aku ignin menempelnya di UNRI, UIR, UIN dan beberapa PT di Pekanbaru, tapi apa daya tenaga tak sampai, pikiran nggak mudeng, hati tak khusuk, azzam tak kuat...
sampai k
epulanganku, publikasi itu tak sempat aku sebarkan...It’s-ok-lah, biar waktu yang menjawab....Moga ada takdir yang lebih bagus untuk esok hari dan moga memang begitu adanya....kurang dari satu jam aku berada dikantor Ayah, mataku dah cape, perih, merah....
kuhirup nafas malam jantung kota ini serta sapaan Juntaian cahaya jalan, dengan slowly-nya motor Ayah meluncur. Aku pulang....

Sepenggal malam hanya meninggalkan ketidak- pastian Terkadang tak menyisakan sedikitpun harapan Di tepian hidup, kecemasan memang serupa dengan gelombang pasang
Seperti buih-buih menepi yang terseret waktu

Tapi cuaca malam ini mencerahkan kata-kataku
Kerlipan warna muda lampu jalan menghisai hati ini
Aku tahu Hidup tak mengenal stagnasi
Terus bergerak, berkembang, tumbuh atau mati....

Detik-detik berharga itu akan segera berlalu, dengan cepatnya dia pergi. Tak banyak orang yang memperhatikan akan hal ini. Bahkan rasanya puasa yang seharusnya menuju jalan ketakwaan , nyaris tidak memunculkan dampak apapun dalam diri orang yang melakukannya…” Berapa banyak orang yang berpuasa tetapi ia tak mendapatkan apapun dalam puasanya kecuali lapar dan dahaga…”
Yah… Udara ramadhan sebentar lagi akan menghilang….Sedih…??? tentu iya…jujur banyak sekali moment yang terhilangkan dari ramadhan kali ini…
Kuambil pe
ar yang agak besar dalam kulkas, malam ini sangat terasa berbeda…nggak tahu pokoknya beda aja…sahutan takbir kemenangan yang pasti sedang bergema mengguncangkan seantero jagad raya ini….begitupun media elektronik yang tak lepas dari seruan takbir diselingi acara-acara komersil…. besok adalah hari raya idul fitri…Kembali kepada fitrah manusia….yaitu mengenal Allah…
Betapa s
ibuknya Bunda malam itu, memasak rendang, mengaduk kuah santan ketupat, memotong wortel…dan, tentunya pasti meminta bantuan sang anak yang paling tua ini….Nanda…??? Dia entah kemana begitu juga wawan….
Mungkin aku tak banyak teman di Pekanbaru...So, ya kebanyakan di rumah....
menjelang isya, hujan mengguyur komplek Villa Indah Paus ini…Bunda terlihat khawatir memikirkan Nanda dan Wawan yang sedari tadi pergi…itulah Bunda, bawaannya selalu saja khawatir…
sepertinya besok tidak akan sholat dilapangan komplek karena tergenang air, alternatif
nya ya dimasjid warga dan konsekwensinya harus berangkat lebih pagi biar dapat tempat…
Pujian kebesaran Asma Allah terus menyelimuti telinga ini, entahlah, apa puasaku sebulan lam
anya diterima oleh-Nya apa tidak...bagaimana aku dengan 11 bulan berikutnya…Selingan kiriman sms menemaniku yang sedang merenungi pertanyaan sembari membantu Bunda ngupas wortel. Wah mengganggu juga neh kiriman sms dari temen temen. Tau nggak, setiap yang mengirim sms pasti aku catat di buku, sepertinya terlalu manis jika aku langsung menghapus pesan indah yang disampaikan. Ada yang lucu, ada yang puitis banget, ada yang make bahasa planet (nggak ngerti euy…),, ada yang sama isinya dengan sms tahun lalu…Bunda terkadang sering bertanya…
”nyatet apaan sih mas…??? Serius amat…”
“Bu…mau tau
uuu aja….:)……”

Setuju nggak klu saya bilang bahwa esensi dari Hari Raya ‘Ied Fitri bukan terletak dari baju barunya, sofa baru , horden baru, karpet baru…??? Orang yang selamat adalah orang yang punya hati selamat (Qalbun Salim)…yah itulah, orang yang hatinya selamat pasti ia akan tahu fitrahnya…dari mana ia berasal dan kemana ia akan kembali, tentunya rentang antara hidup dan matinya selalu diisi dengan amal kebaikan…
Riang sekali melihat wahyu pagi, bocah kecil tetangga depan rumah yang sering usil, berkepala botak, gendut, badannya gempal sekali….Dengan lucunya berlari-lari dengan menggunakan sendal baru dan sebuah pistol mainannya…wahyu sering sekali main kerumah semenjak keberadaanku. Jika ia datang selalu saja aku dekapkan kedua telapak tangan ini kepipinya dan mengempitkannya…Gemes banget deh…
Aku hanya mengenakan baju koko berwarna gelap dengan celana panjang favorit kampus, Ayah, nanda, Wawan…biasa. Baju koko. Sarung, dan songkok.
Bunda….??? Wah Klu bunda jangan ditanya deh, Beliau memiliki koleksi baju lebaran yang menyerupai para artis…heheh, pokoknya lux banget deh….se
mpet malemnya Bunda memamerkan kedua pasang baju hari raya kepadaku…
“Gimana mas….bagus nggak….pas nggak sama jilbabnya…?”
Hiy…bajunya penuh sekali dengan pernak-pernik perak yang jika kena cahaya akan berkilau
an…ternyata Bunda cantik juga jika menggunakan jilbab mungil itu…bahkan teramat cantik….
belaian mentari pagi menyapa menyambut hari kemenangan. Udara hujan yang dingin
masih terasa dipelupuk kulitku. Hati yang bersemangat dan cerah berbondong-bondong menuju masjid. Sekilas terlihat tampang-tampang asing yang sesekali tersenyum padaku begitu juga denganku…banyak sekali yang memakai baju beradat melayu untuk yang Ayah-Ayahnya…taukan pakaian adat melayu…? Ya..seperti itulah….
Aku ban
yak sekali berkontemplasi segala yang aku lakukan selama ini, ketimbang mendengarkan ceramah Ustadz…Beberepa amanah yang tidak terselesaikan, kuliahku, tentang cita-cita…Aku besyukur pada-Mu Ya Allah atas apa yang engkau berikan padaku hingga saat ini. Yang sangat aku pikirkan adalah kok bisa-bisanya seorang anak yang duduk kelas dua SD tingkat akhir sudah ingin berpisah dengan kedua orang tua tercinta….kurang lebih 14 tahun aku tidak bersama-sama Ayah dan Bunda….
Jujur, keb
ahagian masa kecilku dulu agak sedikit terampas ketika tinggal dirumah Bude, tapi sungguh semua hikmahnya baru terasa sekarang, sampai sebuah pilihan yang tentunya sangat menentukan sekali dalam pola pikirku…Entahlah aku ini siapa…tapi yang pasti aku lebih mengenal islam. “ Barang siapa yang mengenal dirinya maka ia akan mengenal siapa yang menciptakan dirinya…”, yah…tidak ada sesuatu yang kebetulan dalam hidup ini, segalanya telah ditetapkan dalam Lauhul Mahfuz, sebuah tempat yang terjaga…dan satu hal lagi bahwa melalui pilihan ini aku ingin dapat melihat Wajah Allah Rabbbul Izzati nantinya….merinding…??? Ya, semerindingnya ketika jari-jari ini menulis kalimat.. ”…aku ingin dapat melihat wajah Allah....” diatas keyboard-ku ini.

^^^^^^^^^^
Saling bersalaman dan berpelukan itulah yang terlihat ketika rangkaian Sholat Ied Fitri berakhir, mulut pintu sesak dipenuhi jama’ah yang ingin segera keluar dari masjid. Saling mengunjungi kerumah-rumah warga sekitar sudah merupakan tradisi apalagi jika memiliki sanak saudara…mmmh, Bunda tidak bisa sholat, so, dengan sesegera aku pulang menuju rumah….Ucapan maaf yang aku ingin ucapkan pada Bunda…
Aku sekeluarga berkumpul dan…yah…semacam ritual…Ayah duduk dibangku kemudian disusul oleh Bunda yang bersimpuh memegang tangan Ayah yang kemudian meminta maaf. Sebuah simbol yang benar-benar bahwa seorang Ayah adalah pemimpin sebuah keluarga….Aku, wawan dan Nanda juga saling bermaafan….Bunda mengalirkan air bening dari kedua matanya ketika saling bermaafan. Aku….??? Wah, aku malu jika harus menangis…cowok gitu loh….! Terkadang hati ini sering terkalahkan dengan ego yang aku miliki....
Hentakka
n keras terasa didalam perut ini...Laper Frend....!. otomatis dengan kreatifnya tangan ini mengambil sebuah pisau dan langsung memutilasi sebongkah ketupat...(serem banget bahasanya)....sayur ketupat, ayam goreng , rendang, kering tempe yang dicampur kentang dan ikan teri, emping lalu sambel....menghiasi piringku...Dan ya Wassalam....enak banget uey...dan sruuup...sruput...sekaleng cincau dingin berenang ditenggorokan ini.....
Alhamdulillah....wasyukurillah...bersyukur kepada Allah. Dihari berikutnya aku berkunj
ung keteman-teman Ayah...dan warga sekitar....

^^^^^^^^^^
Hanya 10 hari aku di Pekanbaru, dan saatnya sekarang aku harus kembali kekampus untuk melanjutkan citi-cita masa depanku. Yah…cukup singkat, tapi cukuplah bagiku saat melihat Nanda yang rajin kemasjid dan akan berjanji ketika aku pergi nanti ia akan selalu pergi kemasjid. Bunda yang selalu saja meminta kepadaku untuk mengajarkan mengaji…Ayah yang selalu saja pergi kemesjid jika adzan berkumandang, kata-kata yang penuh makna sewaktu Ayah Berbicara…yah rasanya itu cukup bagiku. Dan wawan, hidup ini adalah pilihan, hidayah itu milik Allah…semoga aku bisa menjadi teman yang terbaik….
Ya Allah berkahi keluarga ini…


^^^^^^^^^^
Awan kelam menggelantungi Bandara dan tentunya hati ini…sebentar lagi aku akan menuju tempat menunggu keberangkatan….saat-saat yang sedih ketika melihat tetesan air suci itu kembali mengalir dari wajah Bunda…begitu khawatirnya Bunda kerena keadaan cuaca yang sangat mendung……Ayah dengan tenang meredam kesedihan Bunda…tabah sekali pria gagah ini…kagumku…kedua tangan orang tua-ku kucium untuk berpamitan….dan seperti difilm-film..sedih juga…tapi sekali lagi wajah-ku tidak sedikit melihatkan tangisan….padahal kalo mau tau aku ini orangnya agak cengeng….ketika waktu demo kampanye jalan sehat bersama-sama teman, aku menangis…melihat kaum muslimin yang begitu kompak sekali, melihat film Palestina, checnya…aku menangis melihat wajah surga itu dikuburkan…dan yah aku menangis….
Bunda, Ayah, Nanda selamat berjuang….semoga kita dapat dikumpulkan dalam keluarga jannah Allah….teriama-kasih atas dorongannya selama ini….

Deruan mesin pesawat dan derasnya hujan mengantar kepergianku…Yah…hanya dua kata yang selalu terulang yaitu: terus berkarya, terus berkarya, dan terus berkarya…..Selamat tinggal Pekanbaru…kita bertemu lagi jika Allah mengijinkan…Allah pipin titip Bunda, Ayah, Nandanya…..
“ayo Wan berdoa moga selamat mpe Bogor….” Senyumku dalam pesawat…..


Salam Hangat untuk Ayah dan Bunda Tercinta
dari Gue....:-)

















Thursday, April 26, 2007

Pondasi

PONDASI
‘Pilek kok ra mari-mari....piye to...???’
hhff, tiba-tiba aja kalimat itu mampir di lubuk telingaku...
‘ya udeh ci...ntar juga sembuh kok...!!! lagian salah juga ci...kenapa bisa hidungku penuh dengan lendir yang nggk karuan…’ balas hati-ku
‘iya bu…doain aja biar cepet sembuh nieh…’
Mataku batinku masih nanar oleh seabreg tumpukan berkas…aneh juga terkadang melihat seorang setengah baya yang hanya memili
ki anak dari jiwanya….yah, anak itu bernama kreatifitas…mmh, dia berkata, ‘Kebebasan kreatif itu tidak bisa dirampas’…welll…menurutku sih…kreatifitas yang seperti apa dulu pak….??? Harusnya kita memiliki tanggungjawab terhadap kreatifitas yang kita lahirkan, bukan begitu pak…..??? Aduh, pilek ku udah mencoba membuat pusing dan panas sekitar kepalaku, Uhggg, betapa tidak enak sekali rasanya…aku masih belum bisa mencium aroma mawar depan rumah…tapi, it’s Ok-lah…yang penting jemari ini tidak terkena lendir yang sedang menggerogoti hidungku, ‘ia’ masih lincah menari di atas keyboard hitam-ku….he…
Sore ini masih saja terlihat lukisan abu-abu, dengan suasana rintik airnya yang khas, yang jelas sieh hawanya agak dingin dan
selalu saja kelaparan rasanya….yah, aku masih ‘otak atik gathuk’ di depan kompi-ku…kata orang sieh…aku sedang mencari sebuah makna kehidupan….weleh-weleh….tahu apa mereka tentang apa yang aku lakukan di depan kompi-ku ini…kata orang juga aku itu terkadang sering berkata-kata aneh setelah menarikan jemari di atas keyboard…mmmmh, apa iya ya…??? Seperti itu bu….??? Mungkin karena aku suka menulis makanya aku sering berkata-kata aneh….
Sebenarnya bukan itu sieh…aku hanya ingin segala sesuatunya itu memiliki pondasi….termasuk ya segala apa yang ak
u hasilkan selama ini…biasanya orang-orang menyebutnya sebagai ‘sebuah karya’…ya ya ya…butuh sebuah pondasi untuk menghasilkan sebuah karya….seperti yang dikatakan oleh Sang Guru….’Semua pengalaman: kecewa, sukses, gembira, sakit, dianiaya, gagal, menangis, tertawa…merupakan pondasi bagi karyanya….’
Dan ternyata…mungkin aku menjadi tahu sedikit….bahwa dia memiliki pondasi….’Dengan kekuatan jiwa, kita bisa
melakukan apa pun yang kita inginkan. Segala aktifitas kita ditentukan oleh kondisi jiwa kita….’…makasih ya mba Eni Kusuma…ya ya ya….mba Eni yang memiliki anak jiwa yang banyak…bertebaran di hari-hari kehidupanya….hebat! seorang TKW yang menjadi penulis BestSeller.
Ok-lah..aku rasa cukup pembelajaran disore hari yang homogen dibeberapa keadaan yang lalu…so, kita harus punya Kreatifitas dan kekuatan jiwa yang akan menjadi salah satu pondasi dalam kehidupan kita…mungkin itu…makasih ya Pak P. Ananta Toer dan mba Eni Kusuma….
dan pilek ku masih belum reda juga….
‘Yo wiss to…mbo ya leren di sek to mas…ket mau ngutak-ngatik ra genah….’…
‘ Iya Bunda sayang….bentar lagi selesai neh…..’ wah…orang jawa yang tidak bahasa jawa…itulah aku…Ok, kumatikan segala kepenatan-ku sedari tadi…berharap hari esok aku masih dapat menggenggam matahari lagi…moga nggk mendung…He….


Saturday, April 21, 2007

novel nggak jadi

SmallVille..
Indah sekali jika menatap terbenamnya bola besar panas itu disore hari. Pergi keatas atap rumah, duduk, merenung dan memandang cakrawala sembari menunggu meredupnya matahari adalah pekerjaan yang menyenangkan. Teringat masa lalu, jika sehabis mengaji dari rumah Pak endun, biasanya selesainya ba’da ashar. Aku langsung bergegas
pulang k
erumah, langsung dengan lincahnya aku mengambil meteran berisi lilitan benang kenur yang mengikat layang-layang Wong Jabo dan langsung memainkannya diatas atap rumah ini. Dan terbanglah Wong Jaboku dengan pedenya. Bunda sangat tidak suka sekali jika aku selalu memainkan layang-layang diatap. Dulu Pak Endun pernah mengatakan bahwa malaikat itu banyak sekali dan biasanya ia berada diatas langit. Berzikir, bertasbih kepada Allah setiap saat. Aku berharap dengan layang-layang yang terbang kelangit ini dapat menyapa warga langit itu, tak lupa sering aku berkata “hallo, Assalamu’alaikum..malaikat lagi ngapain....? numpang main layang-layang ya....mohon berkahnya....agar Gusti Allah memberikan uang yang banyak buat bunda.....” Betapa konyolnya aku waktu itu. Bunda selalu menyarankan agar memainkankan dilapangan samping rumah saja. “Buuuu..., disini banyak angin, jadi layang-layang Adul langsung bisa naik...”. teriakku dari atas atap waktu itu. “Dilapangan mah mana ada angin bunda..”, keluh hatiku.
Keadaan lingkunganku tidak jauh-jauh dari pinggiran ibu kota ini, sumpek, dempet, jenuh dan itu terlihat jelas jika aku melihat dari atas atap rumah, walaupun tidak terletak dipinggiran Jakarta banget. Tiang-tiang antena yang berjejeran dengan berantakan, pajangan cucian baju, kibaran bendera usang para parpol, sesekali diselingi pohon jamblang dan tentunya hiasan pernak-pernik layangan diwaktu sore hari. Tapi Alhamdulillah, keadaan rumahku sekarang agak sedikit bagus dibandingkan dengan yang lain. Semenjak ayah meninggal 15 tahun yang lalu (Allah muliakanlah jasad ayahku), aku sekeluarga pindah ke RT003, tak jauh dari rumah yang lama. Bunda membeli rumah seukuran tipe 36, bunda adalah orang hebat. Tabah sekali menghadapi cobaan ketika sang pemimpin keluarga ini dipanggil Allah. Walaupun Bunda sendirian, beliau mampu mendidik putra dan putrinya dengan baik. Saat ayah meninggal, usiaku 7 tahun dan adikku yang manis baru berusia 1 tahun. Bunda seorang pengusaha Butik, alhamdulillah sekarang sudah memiliki 3 cabang di Jakarta. Bunda adalah orang yang tak pernah marah, Masih terekam jelas ketika aku jatuh dari atap gara-gara dengan hebohnya aku mengadu sang Wong jaboku dan aku menang, saking girangnya eh...kaki ini tergelincir dan...Gubrak...Dug...Dengan suara cemas Bunda berteriak, “Adul..l..ll....!!!!”. tampangku meringkih kesakitan, namun Bunda dengan sayangnya tidak marah, malah tersenyum ketika pias-piasnya wajah ini....”kan, sudah Ibu bilangin...sakit nggak....?” sambil membopong badan yang mungil ini, “hiks...hwua...hwua...sakit buuuu...”, akibatnya, selama dua minggu tangan ini harus digips dan meninggalkan luka yang permanen atas mata kaki. Entahlah, tapi yang pasti goresan bekas luka di atas mata kaki ini masih terukir dengan syahdu hingga sekarang. Bunda doakan agar aku bisa mengajakmu untuk beribadah ketanah suci....amin. Pengembaraan senja diatap ini menyisakan banyak kenangan, Allah berilah aku kemudahan dalam hidup ini...Panggilan suci adzan magrib mengakhiri tatapan senja..

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
Rasanya
pagi ini sang raja siang sangat bersemangat sekali memancarkan sinarnya, kubereskan barang-barang dan sejumlah buku yang harus aku bawa. Hari ini aku harus mengisi pelatihan dikampus rakyat tercinta. Jejak lelah masih tertanam dalam badan ini, aroma kopi masih jelas terasa di hidung...sampai jam tiga pagi mata ini tidak menutup, terkesan mendadak memang pelatihan kali ini, tapi tak apalah. Toh kerja dibawah tekanan bukan merupakan hal yang baru kok. Karena aku sering menjadi freelance di suatu perusahaan Marketting research, yang kerjanya gila-gilaan, dari pagi hingga pagi lagi....nge-run data terus...
Biasanya Bunda selalu menyiapkan sarapan khasnya untukku, yaitu telur setengah matang dicampur madu, agak aneh juga tapi katanya ini bagus untuk kesehatan. Percaya apa tidak tapi itulah adanya, Alhamdulillah kesehatanku tidak rewel. Adik manisku bernama Hurriyah Azzahra yang biasa kupanggil Rara...wah pemberian nama yang indah sekali oleh Bunda, jika sedang tersenyum, pipinya melesung dengan cantik. Sekarang sedang makan bangku sekolahan dikelas 1 SMU, kita sering jalan bareng, dan kita punya hoby yang sama yaitu menulis... Semenjak seisi kamarku dipenuhi oleh buku-buku beberapa tahun lalu, semenjak itulah Rara sangat rajin sekali membaca buku, bayangkan coba kelas 3 SMP udah katham baca sirah nabawiyah dan buku hayatush-shahabah, tapi sekarang kumpulan buku-buku itu telah terletak dirak ruang tamu. .. impianku terwujud juga, dari dulu aku memang ingin membuat perpustakaan pribadi.
Rara p
aling banyak sekali membeli buku-buku cerpen or novel...ada bukunya Helvy, Nurul F Huda, Pipiet senja, Afifah, Asma nadia, izzatul jannah, Mas Sakti Wibowo, dan....pokoknya kebanyakan novel dan cerpen yang Islami genre kontemporer terkini deh... dan tentunya dia sangat senang sekali menulis cerpen. Ketika Rara menyuruhku membaca novelnya kang abik tea ’Ayat-ayat Cinta’, eh...aku jadi seneng juga baca novel yang selalu dibeli oleh Rara......pokoknya Rara gila baca banget deh...waktu itu dia bilang ” Mas Dul...(kayak sinetron si Doel aja...yah begitulah jika ia memanggil namaku...) Rara ingin seperti Fatimah, Zainab Alghozali, dan mbak Helvy yang selalu menggoreskan tinta-tinta demi sebuah perubahan peradaban...”
”Ra...itu
merupakan sebuah kepastian untukmu, InsyaAllah Mas dukung deh...Duile yang mau jadi bagian perubahan peradaban...”, jawabku,
Rara
hanya tersenyum...
btw, tahu
apa dia tentang sebuah peradaban....Rara...Rara...Dimasa yang baru duduk dikelas 1 SMU ini, Rara telah membuat belasan cerpen...aku kaget juga ketika dia menyodorkan beberapa cerpennya...lucu-lucu dan tergolong lumayan bagus menurutku. Senyum sumringahnya terkuak dengan indah ketika aku membelikan sebuah buku yang judulnya ’Buku Sakti Menulis Fiksi’ dari Annida tea beberapa bulan yang lalu...dan semenjak itulah karya–karya kecilnya terkumpul...Namun, entah kenapa Rara belum pengen untuk menerbitkannya, padahal Bunda dan aku mendukung sekali....
”nantilah Mas, tunggu tanggal mainnya...sekarang Rara lagi ngumpulin data, mulai dari membayangkan pembaca, mengidentifikasikan calon pembaca, menentukan jenis cerpennya dan tentunya segmentasi cerpen Rara...btw, ngerti nggak Mas yang Rara jelasin...?” sembari ngeloyor kekamarnya waktu itu....
”Rara..
.Rara kenapa engkau jadi cerdas begini...”, sungguh bingung terkadang aku dibuatnya...perkataannya, pola pikirnya...Ya Allah berkah banget punya adik secerdas Rara.....Aku rasa itulah berkah da’wah, Rara udah ikut ngaji dari kelas 2 SMP, sangat beda sekali dengan aku. Yap, Menulislah dengan Hati, setelah itu perbaiki tulisan Anda dengan pikiran, Hidup Azzahra...!!!

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
”Dul.
..gimana persiapan training softwarenya...?...asyik dong ketemu ma adik-adik kelasmu...nanti pulang jam berapa ya Dul...?
” Insya Allah udah Adul beresin segala sesuatunya Bu, percuma dong melekin mata mpe jam tiga pagi....eh Bu, Adul pulangnya malemnya...Ba’da pelatihan, Adul kerumah Apit dulu, trus...biasa bu pengajian dirumah Bang Fian...., eh..iya bu, peserta kali ini bukan adik kelasnya Adul, tapi udah pada berkeluarga semua...S2 ma S3 bu...grogi juga seh...yah, doain aja deh Bu...” balasku
”Ooo gitu ya Dul..
.wah, hebat kamu...tapi...eh Dul, bukannya minggu sore pengajiannya...?” tanya Bunda agak kecewa
“Mmmh.
..sekarang jadwalnya mengalami perubahan waktu Bu, Adul udah naik kelas neh...sekarang mah bukan playgroup lagi Bu, hehehehe...yah begitulah...” desah nafasku tersenyum..
”Cie...tumben kam
u sholeh Dul... tuhkan nggak percuma kamu ikut ngaji ada manfaatnya, jadi anak sholeh, cerdas, kuat dan kaya... waktu dulu aja, susahnya minta ampun klu disuruh ngaji...kerjaannya Cuma nge-band..nge-band dan nge-band mulu...” nasehat Bunda mengenang peristiwa waktu itu
” Ah, ibu...itukan dulu.....waktu itu-kan lagi banyak Jin-nya bu...”
”iya Bu.
..gimana Mas Adul nggak banyak Jin-nya Bu....???, orang kemana-kemana bawaannya make celana Jeans mulu...” timpal Rara, kayak listrik main nyambung aja, yang sedari tadi sibuk banget mondar-mandir nyari jilbab favoritnya....
”ye...ikh
wan itu nggak ngaku dirinya ikhwan tau....!!!”, balasku sengit
”Ye...e
mang dulu udah jadi ikhwan...???” wajah usilnya kentara sekali...sembari mengobok-ngobok ember tempat baju kering
”duh...
Mama kemana neh jilbab hijau muda Rara....ca-ca marica hey hey....Iyou...where are U guys...???” Desak ara tersenggal-sengal...
Hufff, B
unda hanya pasrah termenung senyum tak merespon melihat tingkah Rara....(tak lama kemudian....)
”hore...
Mama ai lop-pyyu....jilbabnya dah ketemu....mmuahh..mmuah”,
Duh, Rara heboh banget euy.....kesal hatiku
”kamu
hati-hati dijalannya, jangan pulang kemaleman...tolong dijaga adikmu itu...beri dia motivasilah ya, karena masa-masa SMU adalah masa pembentukan watak dan kepribadiannya...dah sekarang cepetan abisin sarapannya, udah jam setengah delapan tuh...Ibu tunggunya....Adul yang manis jangan lupa oleh-oleh Roti unyilnya....”, mohon Bunda dengan ramah
”Ok...ibu tersayang....Adul pergi dulu ya....”, kuhabiskan secangkir susu yang d
ibuatkan Bunda dan secuil roti bakar...
”Raraaaa
...buruan ntar Mas telat neh...!!!”, pintaku..
”Iya Maa
aas...bentar dulu...sabar dikit napa seh...kayak nggak tau akhwat dandan aja....Ugh, sebel...!” balasnya...
”Mas tu
nggu diluar ya...5 menit lagi...Ocree...!” teriak-ku
”Ok, bo
s 5 menit lagi bonus 5 menit ya....”
”Rara, buruan dong Mas Adul bisa telat nanti….oiya bekelnya udah Ma
ma Siapin neh…
Dengan
tergopoh-gopoh Rara menuju rak buku, mengambil sejumlah novel terbaru...”mana Ma bekel Rara...?
Bunda memberikannya dan langsung
dimasukkan kedalam tas Rara...
”hati-hati ya sayang....”, kata Bunda dan Rara mengecup tangan dan pipi kanan Bunda
Aku berpamitan kepada Bunda untuk pergi...
“Bu, Adul pergi dulu ya....”
“Mama...Rara pergi dulu ya...Assalamu ‘alaikum....da...da...”

^^^^^^^^^^^^^^^^
^^^^^^^^^^^^^^^
”Asyiiiik....hari ini Ra
ra pergi kekampusnya Mas Adul....eng ing eng...”
dengan gira
ngnya mengatakan kepadaku. Kebetulan sekolah Rara hari sabtu ini libur, entah ada acara apa gitu...kupikir dari pada sendirian pergi ke Bogor mendingan ngajak si Rara, biar ada temennya...jarak rumah kekampus ditempuh dengan menggunakan angkot sebanyak 5 kali, cape juga seh...
”Rara kamu jangan mabok ya....”
”iya...iya...Ok, bos, siap! Rara udah nyiapin selusin kantong plastik kecil kok...”senyumnya. Rara baru pertama kalinya aku ajak untuk melihat kampusku, makanya girangnya minta ampun.
Dipersimpangan jalan UKI ini terasa panas sekali, debu karbonmonoksidanya berterbangan nggak karuan, kendaraan cukup padet, sahutan klakson terkadang terdengar dengan jelasnya, hampir menyakiti telinga.Pukul telah menunjukkan 09.00 Wib setelah turun dari kuasi M19 yang sebelumnya naik angkot merah K20,..
poros leh
erku selalu berputar-putar menyelidik sebuah mobil besar yang akan mengantarkan Aku dan Rara menuju Bogor. Tumben lama banget neh Bis-nya, biasanya cepat, keluh hatiku...kasihan sekali melihat Rara yang wajahnya pucat memerah diserang terpaan sinar mentari, padahal baru pukul 09.10, dulu Rara pernah mengeluh ”Duh, Mas panas banget ya make jilbab itu...” biasanya ketika sampai rumah jam satu-an siang, sepulang dari sekolah, ia langsung menanggalkan dengan segera jilbabnya itu dan langsung menuju kekamar mandi.....Byur---byur....
”sabar ya Ra, katanya pengen seperti Fatimah, Zaenab Al-ghazali dan Mbak helvy...itu
kan untuk kebaikan Rara juga...” nasehatku waktu itu
”ayi..ay
i...abang-ku yang guanteng kayak Tom Fruits...I know...I know..” balasnya dengan tampang usil waktu itu...
”Ra, p
anasnya...??? tumben neh Ra, Bisnya Agak lama....”
”ughh, da
h tau nanya lagi...eh, Mas coba klu didalam jilbab itu ada blower dengan system freezer ya..., pasti enak banget deh, ademmmm, nggak kepanasan gene...ntar Rara yang buat deh, Rara jual ke mb Ani, Inggrid, liani, astri, ajeng, despa, fanny...wah semuanya deh, pokoknya kudu beli....duh, (Rara mengusap-usap kepalanya) btw, buruan napa seh neh bisnya...lambreta bangets...akikah udah kagak tahan bo’ du deh du deh...deeeh...!!!”canda Rara padaku...melihat senyumannya lelahku menjadi hilang...
Tak lama kemudian, terlihat juga bis yang menuju Bogor, Bela utama, wah pas banget neh Bis kesukaanku...ber-AC, tempat duduknya agak luas...terkadang ada Tv-nya jadi bisa nonton. ”Ra, itu dia Bisnya yuk, kemon-girl kita berangkat...”, paras Rara berubah menjadi lempeng setelah tadi dipenuhi kerutan-kerutan kekesalan...Dan akhirnya. Kami berdua memasuki Bela Utama menuju kota Bogor....

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
Jika tid
ak macet, perjalanan UKI-Bogor ditempuh selama 45 menit-an, Bunda dan Rara selalu menyemangati aku untuk selalu menyelesaikan studiku di Departemen Statistika IPB, maklum aku nggak bisa 4 tahun, padahal beberapa temen-temanku sudah pada lulus...fuih...kemarin aku ganti topik jadi ya harus diulang lagi penelitiannya. ”Dul, ibu bersyukur kamu dapat diterima kerja di perusahaan HRD itu, tapi sekali lagi ibu mohon agar untuk konsen menyelesaikan studimu dulu...” kenangku waktu itu ketika curhat kepada Bunda, bahwa aku ternyata diterima bekerja walaupun hanya part-time...”Ok, Bunda bulan September 2006 aku kan wisuda...”hiburku menenangkan hati Bunda...
Sekitar 15 menit-an Bis i
ni diam terpaku menunggu penumpang penuh, sesekali berjalan seperti siput...aku dan Rara mengobrol ngalor ngidul...tentang kampus, masa depan, cerpen, tentang cita-cita dan wah banyak deh...Pandanganku seseaat mengarah keluar jendela...Panas!, kututup kaca jendela ini dengan gordyn agar panasnya tak menyengat.....dan tiba-tiba, yah suatu hal yang tak kuduga sebelumnya...Rara mengeluarkan sebuah buku yang berjudul ’Biar Kuncupnya Mekar jadi Bunga’ sebuah buku kumpulan kolom ayah M Anis Matta....
”ini untuk M
as Adul tersayang....” Senyumnya, sembari memberikan buku itu padaku....
“haah
Rara…Rara…tumben baik banget, makasih ya ade-ku yang manis….”Balasku…dengan haru…
Rasa tak
sabar begitu menggebu menusuk hati ini untuk segera membaca…kubuka segel plastik tipis yang membugkus badan buku ini….
“mas…Rara tahu kok...masa-masa kebersamaan kita akan berakhir…suatu saat Rara tentu tidak akan bisa berada disamping Mas. Karena Mas akan memp
uyai seseorang yang akan selalu menemani Mas…yah..ntar mas akan menikah…”ungkapnya menerawang bisu
“oo...gitunya Ra...kok Rara berpikiran seperti itu....haha…lulus aja belum” jawab-ku, kaku tanpa ekspresi...
“iya…tapikan tinggal sidang…artinya nggak lama lagi mas akan lu
lus…”Jelas Rara
jujur, s
uatu topik yang tidak ingin aku bahas, setidaknya untuk saat-saat ini. kualihkan dengan membahas buku pemberian Rara...mmhh, dan Rara dengan polosnya tersenyum lagi, entahlah, jiwa ini masih belum terasa kuat untuk berazzam....umurku menjelang 23, entah kapan peristiwa suci itu akan terjadi...next-timelah!
diujung perbatasan jalan itu, Bis ini mengakhiri kebisuan bannya
...Yap. mobil besar ini dengan segera menancap gas menuju Kota Hujan....

^^^^^
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
Dalam p
erjalan kami tak banyak bicara, kulihat Rara dengan asyiknya membaca Novel sesekali mengerakkan bibirnya, tak tahu apa yang dia baca, tapi yang pasti ku tahu disetiap paginya dia selalu membaca Al-matsurat...cepat sekali dia menghapalkannya ketimbang aku...Dan aku, hanya membolakkan-balikkan pemberian buku dari Rara...hingga ku temukan perkataaan yang indah sekali menurutku...

Cinta itu bunga, bunga yang tumbuh mekar dalam taman hati kita Taman itu adalah kebenaran Apa yang menumbuhkan, mengembangkan dan memekarkan bunga itu Adalah air dan matahari Air dan matahari adalah kebaikan Air memberikan kesejukan dan ketenangan Tapi, matahari memberinya gelora kehidupan Cinta, dengan begitu, merupakan dinamika yang bergulir sadar Di atas latar wadah perasaan kita...

Wah, Pak Anis, kata yang bagus sekali...tapi jujur, bagiku cinta adal
ah sebuah misteri yang sangat abstrak....layaknya lukisan Sang maestro yang berharga mahal sekali. Aku hanya tahu cinta itu sebatas...cinta Ibu dan Bapak terhadapku, rasa cinta Rara kepadaku, dan rasa cintaku kepada sang penguasa Alam ini beserta seorang manusia Suci pengemban risalah itu...yah, bagiku cinta hanya sebatas itu...
Akhirnya mataku
mengajak untuk sedikit berunding beristirahat...seakan dia mengatakan...Bung...!!! matamu punya hak, maka penuhilah hak itu...yah, aku hanya tidur dua jam di dini hari tadi...
”Ra...mas ngantuk banget...ntar klu dah nyampe
banguninnya...eh, Btw, bukunya bagus sekali...makasih again deh...huah...mulutku menganga sesaat dan....Zzz...” Dan Rara...yap, dia sedang konsen menuntaskan apa yang sedang dibaca...
”Ya Allah lapangkanlah da
daku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, agar mereka mengerti perkataanku”

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
Rentet
an angkot yang berbaris acak, angin sejuk berhawa panas, lambaian pohon beringin...itulah yang terlihat ketika kaki ini menginjak kaki dipemberhentian pertigaan masuk terminal. Arah kaki ini langsung menuju angkot 03, pukul telah menunjukkan 10.30...aku harus lebih awal nih sampai keLab.Kom...bingung juga, ternyata masih ada satu syntax program yang tidak bisa kujalankan..ugh, sebel....aku masih menemukan syntax yang salah...kayaknya udah bener deh....tapi...’Syintax error’, Rara agak cemas juga ketika aku menceritakan sewaktu diBis tadi
”mas mas
ih jauh ya....”, tanya Rara...
“mmh...klu lancar sih..kira-kira....1200 kali nafas Ra...”jawab-ku
“heh....1200 kali nafas berapa lama ya mas.....???” keningnya
otomatis terlipat tujuh kali...Rara langsung mengeluarkan benda elektroniknya, dan langsung menarikan jemarinya diatas HP itu...bingung sekali kelihatannya
“ahaa...klu semenit itu 20 nafas maka 1200 nafas itu sekitar 1 jam ya mas...” Jawabnya girang....

“ Yap, anda benar ....”, jawabku kagum, namun tampangnya mengkerut lagi...
“ ih..Ampun deh mas...masih lama dong, fuih..itu klu lancar, klu macet....
jadi berapa lama dong mas...” desaknya...
“hehe...sabar ya manis...” hibur-ku....
Padet sekali ketika melewati daerah Merdeka...seringkali terjadi macet. Gelombang gerakan nada klakson seakan menggambarkan keangkeran muka y
ang menyupir, bising banget...ugh, Panas! Sumpek! kaca yang terbuka lebar itu enggan sekali mempersilahkan angin masuk, tak terasa sekujur badanku mulai dirembesi oleh embun keringat. Kontan keadaan seisi angkot seperti di neraka, apalagi ada bapak-bapak setengah baya yang sedang menyiwak setan (merokok)* didepanku, sesekali mengipas-ngipas badannya, asap pekatnya menyesakkan nafasku. Seorang ibu terlihat kepayahan menenangkan anaknya yang menangis sedari tadi, begitu juga dengan Rara yang dengan sabarnya mengusap-ngusap kening putihnya...
”Mas...yang Rara tahu Bogor itu adem...kok sedari tadi suasana Adem itu tidak terlihat ya Mas...”. tanya Rara
Aku hanya tersenyum melihatnya kepanasan....
Kurang
lebih 10 menit angkot hijau ini berada dalam jebakan kerumunan kendaraan yang ramai. Dan, akhirnya celah itu terbuka lebar...yah, kerumunan kendaraan berakhir...angkot-ku melaju cepat...dan Alhamdulillah angin-angin itu dapat bersilatuhrahmi ke seluruh penumpang...Ademmmm. senyuman tak berdosa itupun merekah, senang juga melihat anak itu tenang....
Ups, Hp underDos-ku bergetar, sepertinya ada SMS masuk...wah..triple massage, tumben...
Ijal : “Aslm, bang adul..lg dmn skrang? Acra mlai jm13...jgn tlat ya...jzkl”
Apit : “Dul, nt krmh jm brpa, sukses ya pltihannya...?
Duvi :”Mas adul, ini duvi..,gmna datanya udah bres?...kpn bsa diambil...?, dtnggu kbrnya ya, makaasih...”
Mungkin aku nyampe sekitar jam 12 kurang...Duvi...???, Duvi anak Trisakti ya...?tanya hatiku, ampun itu data udah hampir satu minggu ngerem
di komputerku...fuih, agak rumit juga skripsinya...
desiran ang
in membawa jiwa-jiwa ini menuju ketempat tujuan masing-masing...Semoga selamat sampai tujuan, doa hatiku...Dan terdengar susulan-susulan getaran report dari Hp-ku...

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

“Mas...rame bangetnya....”...kulihat Rara yang sedari tadi melihat kesana-kem
ari...Aku sengaja naik angkot jurusan Ciampea, yah...agar Rara bisa merasakan betapa panasnya jika siang hari ini berjalan dijalan Bara,....disamping itu aku juga ingin mampir dulu diwarung pak Furqon...sebuah tempat pabrik kecil penghasil minuman sari buah....maksudku pak Furqon itu menjual beraneka ragam jus buah...
“Ra...kita mampir dulu ya diwarung langganan Mas...kita minum jus dulu yuk....” ajakku...
“Nah...gitu kek...dari tadi napa...tenggorokan Rara udah expired neh...”
“ expired...??? ema
ng barang...! iya…iya...tuh bentar lagi kita nyampe…”
”Assalmu ’alaikum....Pak pa khbar....”sapaku santun...
”wa ’alaikum salam...eh..mas Hanif...tumben...silahkan duduk....”
Kujabat tangan Pak
Furqon, moga dosa-dosaku berjatuhan. Tepat disamping jendela yang mirip teralis itu, aku duduk bersama Rara. Tempatnya cukup adem, buangan oksigen terasa sekali dari pepohonan yang berada persis disamping luar teralis cendela ini. Yah...kerjasama Simbiosis Mutualisme-lah canda hatiku atas jasa tetumbuhan yang mengeluarkan limpahan oksigen disiang ini. Aku mendapat oksigen, sedangkan engkau mendapat karbondioksida dariku.
“Mas Hanif...temannya mau minum apa...???
“oia pak...k
enalin ini adik Hanif...Rara panggilannya..”
Rara tersenyum manis...
“Pak, n
ama lengkap saya Hurriyah Azzahra...baguskan pak...eh, pak saya minta jus Melonnya ya....”pinta Rara dengan akrab...
”Iya nama yang bagus...gabungan nama dari Masjid kampus dan nama belakang putri Rasulullah...Bentar ya neng...jusnya lagi dibuat...”puji Pak Furqon sembari meracik jus buata
nnya....
Kulihat waja
h Rara memantulkan pertanyaan yang segera ingin ia tanyakan...”Mas...mas,....Hanif...??? Kok Mas dipanggil Hanif...?”tanyanya heran
Aku hanya tertawa terkekeh....dan lalu menceritakan sebab musabab aku dipanggil Hanif...
Yah, n
ama lengkapku Syafi’i Abdul Hanif....Adul adalah nama panggilanku dikeluarga dan disekitar tempat tinggalku serta teman-teman SMU...entah kenapa pas kuliah disini aku dipanggil Hanif...pernah waktu itu teman-teman kampus bercerita ketika mencari rumahku yang bertempat di Rawadas City...
”Pak, rumahnya Hanif dimana ya pak...???”
”Hanif
....??? siapa ya de...,eee...orangnya kayak gimana...?”
”orangnya setinggi saya, agak kurus, kulitnya agak putih, ada tahi lalat disini kayak Rano karno, rambutnya agak merah dibelah pinggir, kuliahnya di IPB pak..trus...”
”Ooo...mungk
in itu Mas Adul...coba ade jalan lurus trus, sampe ketemu wartel Jingga, trus belok kiri dan......”...yah itulah cerita dari teman-temanku, selalu saja aku tersenyum...lucu juga klu diinget-inget. Daerah lingkunganku orang lebih mengenal sebutan Adul dari pada Hanif...katanya sih aku mirip dengan Rano Karno yang mainin sinetron Si Doel tea jadi ya dipanggil Dul...Dul......Glek!!! duh, ampun deh...ada-ada aja neh....Hanif adalah panggilan teman-teman dikampus
Kuraih 3315-ku...”A,jal,mga shat, sy lg dBara,i.a nympe jm satu krang 15mnt, siapin sgala sesuatunya ya, tenkyu,W”
Option, send,
phone number,search, syahrijal, Ok.
Yap, misi pengiriman berhasil. Kutegapkan badan ini. Rasa lelahku sudah beristirahat.
“Ra...buruan abisin minumnya....mas harus keLab langsung...ada yang mau disiapin
...”
“(srup..sruppp)...Ok mas, dah habis....seger lagi jadinya...”jawab Rara senang....
kurapihkan T
OR acara yang training nanti...Moga hari ini lancar...
“Pak...
Hanif pamit dulu ya...mohon doanya ya Pak....”
“Pak furqon makasih jus melonnya....enak...”puji Rara, sembari mengucapkan salam
Kembali kujabat tangan Pria berbadan gemuk itu...yah, hanya senyuman teduh yang dihiasi oleh jangut yang agak me
mutih...
“Ya sama-sama...Mas hanif dan Mb Rara..hati..hati ya.....Met berkarya..” itulah Pak Furqon, yang tak pernah hilang dari kata-kata khasnya ketika
berpamitan...’Met Berkarya...Met Berkarya....’ Yap, hidup adalah torehan –torehan karya terbaik kita Pak...!
Kupercepat sedikit langkah kaki menuju mushola Bem Mipa, ah sempet pa tidak...pikirku...coz, masih ada Syntax yang error dalam program yang aku buat...
“Ra..kita sholat dulu ya...ntar pas di Be
m..ada bacaannya Akhwat, Rara masuk aja..itu musholla buat akhwatnya....”kataku
“Ya...iyalah mas...masa Rara masuk ketempat Ikhwan....amit-amit deh...”balasnya ketus...
“duh...segitunya ma Ikhwan...eh, Rara jangan lupa ya doain mas biar sukses acaranya...”ungkapku
“Ya..iyalah mas-ku gitu loh...InsyaAllah dimudahkan ma Allah...”senyum Rara
”Ya Allah lapangkanlah dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, agar mereka mengerti perkataanku”
Entah sudah berapakali doa Nabi Musa ini aku ucapkan menjelang pe
latihan ini...maklum baru kali ini aku mengisi training buat S2...Nervous...??? tentu iya...Dan, sudah berapa banyak aku mencium aroma botol kecil parfumku, Kenzo...katanya bau harum itu dapat mengurangi nervous...fuih...ya semoga...

^^^^^^^^
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
”Oke...bap
ak-bapak dan Ibu-ibu...itulah Statistika....suatu ilmu pasti yang tidak pasti....tidak ada yang pasti dalam setiap kejadian di dunia ini yang pasti itu adalah ketidakpastian itu sendiri...sudah masuk waktu ashar, so, saya harap diskusi kita tidak hanya sebatas pelatihan ini saja, jika ada suatu hal yang ingin diperbincangkan, silahkan aja kirim ke-email saya, mohon maaf atas segala kekurangan.....saya tutup dengan salam...Assalamu ’alaikum....”....Aku hanya terkenang ketika mengingat-ngingat kata-kata penutup terakhirku diLab itu...agak nggak jelas juga....kusandarkan punggung ini didinding putih ruangan musholla, agak mendung sore ini...Allah, betapa capenya aku hari ini...serasa persendianku akan berantakan dengan segera...3 jam lebih aku bercuap-cuap menjelaskan beberapa metode-metode yang agak rumit...apalagi ketika aku menjelaskan penguraian singular matrix dekomposisi....wah, banyak sekali kerutan-kerutan kasar jidat dari para peserta ketika itu...tapi, alhamdulillah-lah tampilanku tadi nggak buruk-buruk amat...
Yah, waktu Wustha ini aku lalui dengan banyak ucapan syukur dan dzikir kepada Rabb semesta Alam....yang telah banyak memberikan kenikmatan dihari ini...kulihat adidas-ku sud
ah menunjukkan pukul 4 sore lebih 5 menit. Yang terbayang dipikiranku adalah sebuah tempat yang memiliki luas 2 , kasur tercintaku!....ingin sekali kurebahkan badan ini, aku ingin berlayar kepulau kapuk dengan segera...mata sadarku terpejam sejenak sembari kuhirup udara sejuk musholla, lantunan surat ysuf-ku terpotong saat Ijal menepuk pundak-ku dari samping...
”Wah...mas Hanif...cape banget ya...” tanyanya ramah penuh senyum
” eh...ijal...iya
..neh...lumayan cape juga.....eh, gimana tadi para peserta, pada ngerti nggak ya...? sori ya Jal klu agak kurang maksimal...” balasku...

;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;

Ups, Nokia-
ku menjerit, dari Rara...
”woiiii....Maaa
s lg dmn?mo plang jm brp?bruan plang yk,dh mo ujan neh!” rasanya Rara sms sambil teriak.... pantulan awan gelap memang terlihat jelas dari jendela, sepertinya bentar lagi akan hujan...kurapihkan robekkan-robekkan kertas kado tadi...jaket hitam terpasang kembali, kupercepat langkah ini keluar dari musholla, Ok, kita pulang yuk...sapa kepada hatiku....
Pasti wajah m
anisnya terlihat cemas, mungkin aku tidak menggangkat Hpku...dari kejauhan Rara hanya terlihat menunduk dan mondar mandir sesekali memandang tulisan-tulisan tak beraturan mading dengan Hpnya yang didekapkan ketelinga kanannya....sengaja tidak aku angkat getaran Hpku...rasa jahilku timbul lagi deh...
Kusentuh perlahan pundak Rara yang sedang mematung didepan pojok mading jurusanku ketika menghubungi Hpku
”Assalamu
‘alaikum…mba...mba..nyari Mas Adulnya....”Sapaku dengan tampang jahil.....wajah Rara kulihat memerah keiteman...
”ughhh...!!! Mas Adul...sebel...sebel....!!! Kemana aja sih...disms nggak dibales, ditelp nggak diangkat-angkat....(tangannya langsung menyambar kepinggangku)....Rasakan cubitan maut Rara...!!!”
“Yiauuu...Aduh.
.aduh...
(aku meringki
h pelan-pelan..mataku menyipit)...ampun..Ra...Ra...ampun...lepasin dong....” rintihku halus....
”makanya jangan suka ngerjain orang...hehehe...mang enak dicubit...yuk pulang Mas....” Rara melangkah tanpa berdosa...sedangkan aku ....
”Uh...Rara teganya dikau....”keluh hatiku...tanganku mengelus-ngelus dengan cepat, berharap sakit
nya segera pergi...Dasyat Men cubitannya....Untung nggak banyak orang yang ngelihat. Yah, beginilah aku dan Rara klu lagi becanda, seperti anak Tk banget...awasnya Ra...Wait my Revenge....

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Hembusan angin awan gelap bersilahturahmi diatas ubun-ubunku. Tidak lama lagi ‘ia dan teman-temannya’ akan mengetuk pintu bumi dimana aku dan Rara berpijak. Yah, sebentar lagi akan hujan deras. Suara dentuman langit yang semakin keras diselingi kilatan foto illahiah, hembusan angin kencang seakan menyapa. kupercepat langkah ini menuju angkot biru kampus dalam...
“Mas, tiap sore begini ya keadaannya...item banget langit ya, kayak mo kiamat aja....”terawang Rara melihat keluar jendela....


Eh...lanjutin sendiri ya kisahnya....ternyata sang ‘ide’ lagi mampet nggak mau keluar....yah namanya juga masih belajar...jadi ya masih banyak kekurangan dimana-mana....so, sori banget klu ceritanya nggak mpe selesai....Vi, sehat-sehat ye....Si-yu