Thursday, July 31, 2008

Hayatan Thayyibah…

Cerita sebelumnya...

Hayatan thayyibah (tulisannya benar nggk ya….) klu nggk salah artinya ialah kehidupan yang baik atau hidup baik atau juga hidup yang baik, pokoknya nggk jauh-jauh dari situ Tentunya semua orang ingin yang baik-baik. Teman yang baik, orang tua yang baik, saudara yang baik, anak yang baik serta kekasih yang baik dan banyak lagi. Kita sebagai orang muslim pastinya klu sehabis solat selalu saja mengucapkan doa sapu jagat (Rabbana atina fiddun ya hasanah …dst) yang intinya agar selalu diberi kebaikan di-dunia dan di-akhirat…Sekarang masalahnya adalah dengan cara apa kita bisa mencapai Hayyatun Thoyyibah itu…Wah, tentunya ini akan menjadi diskusi yang cukup menawan. Parameter tentang apa itu baik pasti akan berbeda tergantung dari tingkat keimanannya…ei kenapa bermula dari tingkat keimanan…kenapa nggk dari tingkat pengetahuan….well, singkat saja kawan…Seseorang yang mengenal dirinya pasti akan mengenal siapa yang menciptakan dirinya…

Terserah pribadi masing-masing aja deh tentang bagaimana meraih Hayatan Thayyibah, namun berdasarkan yang saya baca dirujuk dari sebuah lembaran mesjid bahwa paling tidak ada tujuh Kriteria kehidupan seseorang yang mendapat Hayatan Thayyibah Yaitu:

1. Rizki yang Halal

2. Qonaah
3. Kebahagiaan

4. Kete
nangan
5. Ridha

6. Syukur

7. Sabar


Konon katanya jika kita or seseorang dimana ketujuh kriteria ini telah merekat erat di dalam diri dan jiwanya...ya kesimpulannya dia adalah termasuk golongan Hayatan Thayyibah. Hmmm....masih dengan selimut misteri kawan, tepat tanggal 07 Juni 2008 aku melamarnya.

Waktu seorang rekan menanyakan kepadaku tentang apa itu makna menikah...??? Whew...bukan perkara mudah untuk menjawabnya...Aku hanya menjawab dalam hati bahwa dengan menikah setidak akan putus rantai setan sehingga akan menjadi halal. Dan jawaban yang paling dominan ialah aktualisasi diri or meledakkan potensi diri or menjadi Pribadi yang termasuk Golongan Hayatan Thayyibah. Ya...aku singkat saja kawan apa itu menikah: Meledakkan potensi Diri dan termasuk golongan Hayatan Thayyibah. Weih..berat...berat....

Dalam realitas sering kita lihat, kita dengar dan kita amati lika-liku berumah tangga...Tahun-tahun pertama merupakan tahun yang cukup susah mungkin. Pengeluaran besar Cing...belum lagi jika setelah nikah...klu nggk ada dopang...ya, cilaka 13x10+90-2...engkau tahu kawan...bahwa uang Suami adalah uang Istri dan uang istri ya uang Istri....wah, aku nggk bisa cerita banyak deh karena belum mengalaminya....mungkin nanti ya kawan....Sebentar lagi juga udah nikah....hihihi...Masalah ekonomi bagi adalah hal yang penting....iya nggk seih...pernah baca artikel: Ada uang abang di Sayang, nggk ada Uang Abang di tendang....wiuiuiuiuiuiuiu...Yup, aku rasa ini adalah sudah merupakan sejarah takdir-ku klu tanggal 2 Agustus 2008 aku akan menikah....

Dengan dukungan para saudara...acara lamaran pun digelar kawan...sangat-sangat sederhana sekali...Alhamdulillah kawan...atas segala doa dan bantuannya...acara berjalan dengan lancar...terbesit didalam hati kala itu...bahwa aku ingin menjadi pribadi lebih baik lagi...Pembelajaran yang sulit kawan...

Ya ya ya...pembuktiannya adalah beberapa tahun setelah aku berumah tangga dengannya. Apa yang akan terjadi kawan...??? kita tidak akan pernah tahu akan hal itu...Hanya saja jika engkau menanyakan aku tentang apa itu nikah....ehmmm, dengan kikuknya aku akan menjawab...ya nikah itu untuk meledakkan potensi diri dan kita berharap masuk kedalam golongan Hayatan Thayyibah...

Dan apakah kesimpulannya adalah Menikah = meledakkan Potensi Diri + Hayatan Thayyibah....??? waduh...aku belum bisa untuk yakin menjawab kawan....namun aku berharap seperti itu....Satu lagi kawan..Bahwa kehidupan yang baik tidak hanya membawa kebaikan bagi dirinya tetapi juga kebaikan orang lain serta alam semesta...

Salam Pipin Andriyanto
* Tulisan ke-3 dari 4


Tuesday, July 22, 2008

Pantang Dihela SuRut...

Cerita sebelumnya...
Pakde : Umur kamu sekarang berapa pin…?
Pipin : 24 mau ke 25 Pakde…
Pakde : Berarti sebentar lagi dong target kamu nikah....
Pipin : hehehe....(hati-ku tertawa sesak), mmm, (sesekali melamun singkat)...i..i..iya Pakde mohon doanya....
Pakde : Iya pin...Pakde dukung...Jadi laki-laki itu harus berani....Pakde dukung Pin...!!! (pastinya dengan suasana juang 45...)

Dan sinyal perjuangan 45 itu sebenarnya tidak sealur dengan keadaan hati-ku kala itu....Gagap, tidak mempunyai arah, monokrom, beku, confuse, bimbang, gelisah bercampur dengan kol, kacang panjang, toge, daun singkong, wortel dan sawi...Itulah akibat dari ucapan target yang sembrono. Kenapa sieh ingin nikah pada umur 25...? Sakralkah angka 25 itu di hidup-mu...? atau hanya karena engkau dihasut dan dianggap menjadi seorang penakut karena tidak berani menikah di umur 25...? atau juga banyak teman-temanmu yang menikah di umur 25...? atau juga karena sang Baginda Mulia Muhammad saw menikah di umur 25 maka engkau juga harus menikah pada umur 25....? Dan aku pun terdiam...? terdiam disudut ruangan itu...

Well...aku hanya bisa menjawab...aku ingin menikah di tahun ini yang memang bertepatan dengan umur-ku yang 25, thats All...Allah maha Kaya...dan tentunya akan membantu hambanya yang ingin menikah. Teman...aku nggk tahu apakah targetku tercapai apa tidak...Tapi berdasarkan Intelegensia Tanpa Batas mengajarkan kita untuk selalu yakin, yakin dan yakin... Bukankah kekuatan keyakinan bisa menciptakan kenyataan...??? Bukankah Allah mendengar doa-doa kecil kita....??? Tidak ada kekuatan melainkan kekuatan dari Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung. Tak lama lagi ’Mestakung’ alias semesta mendukung itu akan tercipta...

Teman....Sebentar lagi sang mahadewi itu akan wisuda di kampus yang konon berjulukan kampus rakyat...Dan aku pun harus menyiapkan amunisi yang mumpuni...Yah..akan kukatakan kepada Ayahnya....dengan lantang aku akan mengucapkan...’Pak...saya akan melamar putri Bapak...Aku mencintainya Pak...’
Aku akan melamarnya teman dihari wisudanya...

***********
Dan hari wisuda pun telah hadir. Dengan celana jeans biru muda putih dan kemeja biru, aku berjalan perlahan. Melihat kerumunan yang sesak. Well, untung ada mas roy, anak juragan dari lampung tea...dengan dandanan yang sederhana kita berjalan-jalan membelah kerumunan itu. Asyik juga nggk masuk kantor....Matahari mulai merangkak ke atas ubun-ubunku. Segenggam bunga telah ku-pegang erat di kelima jari ini. Dipersimpangan jalan itu aku berpisah dengan Mas Roy, karena beliau ada urusan. Dan aku melangkah menuju koridor faperta. Nafasku sungguh keras dan sesak, dengan iringan beberapa tembang Collective soul kutuliskan kisah ini. Dengan kikuk kuserahkan bunga itu....setelah berfoto2 ria....aku di bawa kerumah saudaranya terdekat. Dengan kondisi agak lelah...aku tegakkan badan ini di atas sejadah itu, berharap di beri kekuatan untuk berbicara kepada kedua orang tua atas maksud kedatangan-ku ini.

Kawan, engkau tahu kawan bagaimana rasanya ketika ingin mengutarakan maksud....” Pak...saya akan melamar Putri Bapak...”, weih, wezz, sungguh berat kawan...Jantung-ku berdetak lebih kencang, lebih kencang dari pukulan beduk sewaktu lomba di bulan Ramadhan. Kata-kataku tak beraturan, parau. Dan, kawan..tahukah apa yang terjadi, sejenak keajaiban menghampiri-ku...ya ya ya....singkat saja kawan...dengan kondisi suasana yang mendung, tiba-tiba mati lampu, klik...dan kontan saja keadaan sekitar menjadi agak sedikit gelap dan tenang....Pencaran api lilin menerangi sekitar disertai lambaian dedaudan dari luar...Yak...! aku katakan maksud ku itu.....aku masih ingat....Sang Bapak menatap ku..sembari berkata..”Sudah Siap Kamu Pin...?!”

weih, kawan...seperti peribahasa: ”Kalau kaki sudah terlangkahkan, pantang dihela surut : artinya kalau sudah terlanjur, jangan berhenti sampai disitu saja. ”...maju teruslah aing....” Insya Allah saya Siap Pak..!!!”
Ya Allah pipin nekat bener....teriak hati-ku....Sudah sudah....jika niat baik pasti ada jalan, begitu katanya.

Ya ya ya... Kalau kaki sudah terlangkahkan, pantang dihela surut....Bismillah...



Salam
Pipin Andriyanto
Cerita berikut:
Lamarannya

Tuesday, July 15, 2008

Pasrah Feat WarTeg...

Terpaku dengan kekusutan hidup dan hanya bermuara kepada kepasrahan.
”Hey..jika kau tidak bisa menyelesaikan masalah itu tinggalkan saja...jangan kau pusingkan hidup ini...!!!”, lemparan kata nasihat teman dari pulau seberang, Medan.” Bah...tak bisalah kawan, semakin kita lari kencang menjauh semakin kencang pula masalah itu mengejar kita. Suka atau tidak suka, mau atau tidak mau, kau harus hadapi...”, Bantah hati-ku. ” Lay...tapi kau liat-liat dulu masalahnya itu apa, klu kecil ngapain kau ambil pusing...tomorrow never dia-lah.”...Aku hanya tersenyum palsu, saat ini aku setuju dengan perkataan dia. Entahlah esok akan seperti apa...Selama kita masih punya harga diri sebagai anak zaman dan tidak melanggar syariat...lakukan saja.

Kepasrahan umumnya muncul ketika kita berada pada titik terendah dalam rentang waktu yang sedang kita hadapi. Sebagian orang melihat pasrah dengan hanya tidak melakukan apa-apa sedikit pun...” Gue dah pasrah aja men...nggk taulah nanti...”..Yah memang begitulah. Namun ada sebagian orang yang telah memasuki wilayah pasrah akan tetapi dia belum mengakuinya. ” Hff, Ya Allah...aku harus bertahan...pasti masih ada celah...pasti masih ada puing-puing harapan untuk bertahan hidup...”, yah, masih dengan usaha tenaga yang tersisa, walaupun nanti pasti akan bermuara kepada kepasrahan juga.

Siang itu bersama jilatan bola panas matahari aku memasuki warteg itu dengan amat ragu. Santai dan tenang yang tidak akan bertahan lama...:
” Ibu disini bisa kasbon bu...? saya mulai hari senin ini bu...hari jumat sore saya lunasin...”
”Mmh...emangnya mas kerja dimana (khas irama tegalnya terasa pekat dari ucapannya).
” Saya kerja didepan bu, seberang jalan ini kok... ”
”Ooo, boleh aja asal bayarannya bagus (tepat waktu.red)...”
” Ya udeh bu..makasih banget ya bu...ini KTP saya bu sebagai jaminannya...klo gitu saya pesen soto aja...”

Ucapan syukur berkali-kali ku-ucapkan...karena setidaknya untuk beberapa hari kedepan aku masih bisa makan. Itulah hidup selalu saja ada aksi dan reaksi, perbuatan yang telah terjadi selalu saja ada respon dari alam sekitar. Kita bekerja, kita dapet gaji. Dan gaji itu banyak sekali turunannya....buat tabungan, pendidikan, asuransi, biaya hidup kita, istri dan anak dan sebagian untuk persiapan acara lamaran...Ada yang gajinya melimpah, ada yang gajinya pas mencukupi...adanya yang selalu tidak mencukupi. Pokaknya macem-macem...Pemantik api itu sudah dinyalakan teman...dan dengan kenekatan yang sangat sedikit berbau perhitungan-perhitungan...Maka Tepat tanggal 7 Juni 2008 aku melakukan ritual lamaran. Iya lamaran...layaknya seseorang yang ingin menikah sebelumnya pasti ada ritual lamaran dahulu.

Engkau tahu kawan...biasanya ada 4 hal yang harus dipersiapkan seseorang yang ingin menikah..
1.Kesiapan Ilmu
2.Psikologis yang mantap
3.Sehat jasmani
4.financial yang mencukupi
Dan aku...? keempat hal diatas tersebut belum begitu banyak terpenuhi dalam diri ini...kecuali sehat jasmani...i hope. Tapi ya itu tadi...dengan kenekatan yang berbau sedikit perhitungan...akhirnya aku melamar seorang yang aku cintai...

Dan engkau tahu teman...dari proses lamaran itulah yang membawa-ku di akhir bulan selalu sering bersilatuhrahmi makan di warteg ini. Pagi hari, siang dan sehabis pulang kerja...aku pasti makan di warteg itu. Ya, Allah...Indah sekali..seni yang sangat indah...Lamaran dan kasbon di warteg...Sebagian teman pasti akan menertawakan-ku mungkin bahkan memandang sebelah mata...biarkan saja. Dan hari jumat sore pun telah datang...Begitu nikmat sekali ketika aku melunasinya....Namun, aku berusaha untuk lebih baik lagi....Warteg bu Mu’ah...engkau sangat berjasa dalam membantu menyelamatkan nyawa-ku...aku pasti tidak akan melupakanmu....
Well teman...kita semua makhluk lemah dan penuh dosa...
Pasrahkan semuanya kepada Allah dengan iringan usaha.

To be continued Next storie
( Pra Lamaran ...:-))


*Untuk ibu mu'ah semoga selalu di beri kesehatan dan kemurahan rejeki sekeluarga

Salam
Pipin Andriyanto