“frend…ntar lagi nyampe”, desir hatiku. Cukup lama pandangan ini menoleh keluar jendela. Kapas-kapas yang menggumpal tebal diluar sana seakan-akan memberikan kisah yang nyata, bahwa disanalah terletak sebuah negeri dari para malaikat, negeri khayalan, negeri dongeng, atau sejenis itulah “wow…keyen…” Betapa asyiknya jika bisa bertamasya disana.
Tak lama pandangan kualihkan 75derajat dari pesawat, terlihat benda mungil bergerak secara pelan sedang menggores lautan, tampak garis putih yang mengikutinya. Kilauan lautan berlian terlihat begitu indah dari atas pesawatku. Keadaan cukup cerah pagi ini, “mmhh…Have a nice trip-lah…pin”, senyum hatiku. Berharap tidak terjadi apa-apa dalam perjalananku kali ini. Sudah beberapa kali ini aku mudik dengan menggunakan Besi terbang ini, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Biasanya aku naik bus.
Btw, punya pengalaman pahit juga ketika naik bus yang menempuh waktu dua hari semalam menuju Pekanbaru. Sebanyak dua kali bus yang aku tumpangi mengalami kecelakaan. Dan tentunya hal itu memakan korban, tapi alhamdulillah, Allah masih sayang sama diriku, aku selamat. Trauma juga ketika melihat darah berceceran didepan mata kepala hidung mulut kuping sendiri.
” Hy…ngeri…I Know What U did last Summer…Hihihihi…sebut namaku 3x…missing”
Pusing juga terlalu lama melihat keluar dan kebawah jendela. Kuluruskan pandangan ini sembari menyenderkan punggungku kekursi.
Tak jauh dari kepalaku, sebuah lubang kecil berwarna hitam yang tak henti-hentinya meniupkan angin dingin, dengan teganya menghempaskan kerambutku….
”Untung nggak ketombean…Amprul...dingin…”
Wajah manis itu sesekali melempar senyuman aslinya, selalu saja mondar mandir, entah apa yang sedang ia lakukan. Beberapa menit kemudian, keadaan disekitarku menjadi gelap, tak sebuah bendaku pun dapat aku lihat, yah…akhirnya mataku terpejam…Zzzz….
( Moga Allah mematikanku dalam keadaan syahid pada setiap kondisi hidupku…)
“Good landing…Good performance…”, kulepaskan sealbelt yang mencengkram perut ini selama 1 jam 25 menit, mobile phone pun kunyalakan. Bergegas untuk turun…
”Terima kasih Anda telah memilih terbang bersama kami…bla…bla…”
“selamat jalan….”
Untuk yang terakhir kalinya kulihat wajah manis itu, dengan santunnya mengucap selamat jalan.
“Ok..sama-sama mb…
(Allah engkaulah yang menentukan nasib seseorang, berilah yang terbaik dalam hidupnya dan keluarganya)..”. jawabku teriring doa.
Pekanbaru, ini kesekian kalinya aku bersilatuhrahmi. Pekanbaru bukanlah tempat yang ramah suhu. Walaupun tak pernah kuukur suhunya, tapi indra perasaku merasakan keadaan suhu dikota ini termasuk panas, rasanya lebih panas dari Jakarta or Darmaga. Bisa hitam neh kulitku, jadi tidak seputih Sinta lagi deh….;(. Banyak sekali orang yang sedang menunggu kedatangan sanak keluarganya di depan pintu keluar. Kuhentikan langkah sejenak untuk melepaskan jaket hitamku, fuih, dan ternyata,
oh…badanku sudah bermandikan ria dengan keringat.
“Ayah dimana ya…he said want to jemput…dos-q dimana ya…?”, sekilas kedua mata ini menyapu keadaan sekitar untuk mencari sosok yang sangat berjasa dalam hidup ini. Kukernyitkan jidat ini agar lebih konsentrasi dalam melihat. Maklum, mata ini udah nggak normal, aku silinder min 0,5. tapi semenjak pecahnya kacamata-ku sewaktu i’tikaf tahun lalu aku sudah tidak menggunakannya lagi....
tepat dipojok sana, pandangan ini terhenti...
khas sekali, kulit sawo teramat matang dengan rokok yang menyelinap dikedua jarinya, melempar senyuman sumringah diselingi asap putih tebal membumbung.
Itu Ayah ”Apaaak....ambo pulang...!!!”jerit hatiku. Segera kuhampiri beliau, lalu tangan yang beraroma tembakau pekat itu kucium. Wajahnya sudah tampak tua. Entah sampai kapan antibodinya mampu bertahan terhadap serangan racun seperti Tar, Nikotin, dan 4000 racun lainnya...
Seketika ranting-ranting matahari pun berjatuhan membakar tembikar hati ini, luluh tak terbendung...
ku tak tahu sudah berapa banyak keringat yang terkuras untuk menghidupi keluarga ini.
Allah muliakanlah Ayah....
Wow...kulihat adikku yang terakhir sudah tampak besar...mmhh...kenapa gayanya mirip vokalisnya Peterpan..
sepertinya gembira sekali pertemuan denganku. Dia mencium tangan ini...Nanda berdarah jawa dengan bahasa minangnya yang mendarahi jiwanya, oh...rupanya engkau sudah menjadi orang minangnya. ...
”iyo yo...”. itulah jawaban setiap diberi nasehat sambil ngeloyor keluar entah kemana.....
^^^^^^^^^^
Aku tak banyak bercerita didalam kijang keluaran tahun ’92 ini, mataku masih berkeliaran menatap tampilan kota pekanbaru...tak banyak yang berubah, tampilan monoton relief-relief ruko, mal-mal baru, beberapa rumah kayu...antara kemiskinan dan konsumerisme....”close up, whats up men....!!!” Kesunyian terpecahkan ketika melihat tampilan adikku yang masih bereda di kelas 2 SMP itu, dia duduk didepan.
Yah...rambutnya....weet look sekali gitu loh...!!!
” de’...minyak rambutnya apaan...?” tanyaku
”ngapa emang mas, casablanca dong....”, jawabnya sambil mengelus-ngelus rambutnya
“lho...itu bukannya minyak wangi...?”
“deee...kek mana nih mas, ketinggalan jaman...ada jugalah yang buat minyak rambut...!!!” gaya minangnya kentara sekali...
Glek...wah playboy juga neh orang...jadi inget jaman masih dulu...aduh...jadi banyak mikirnya deh...!!!
Sepanjang jalan aku hanya menarikan kedua jempol, dengan kakunya memainkan Snake II-nya Nokia yang tak pernah nyampe point 500, payah...sambil sesekali Ice breaking dengan Ayah dan kedua adikku.
Rumahku tidak begitu jauh dengan Bandara Sultan Syarif Kasim II ini, hanya sekitar 20 menit dengan kecepatan standar dah nyampe. Btw, Pernah mencium bau pabrik yang mengolah Ban...??? aku sudah!!!...mual sekali baunya serasa isi perut ini ingin keluar, kudekapkan kedua tangan kehidung ini erat-erat ketika Kijang Ayah melintasi daerah itu selama 5 menit, jalur yang harus dilewati jika hendak kerumahku, untung aja baunya tidak sampai kerumah, pokoknya baunya jijay banget deh....hwaaaaaaa.............
pertigaan belok kanan, dari kejauhan, terlihat pagar hijau, diatasnya ada galon air yang besar berwarna merah, garasi kayu, beberapa gantungan tanaman anggrek, taman yang teramat kecil sekali ...yap, itulah rumahku,. Perlahan sekali mobil ini berjalan dikomplek yang bernama Villa Indah Paus, sekarang sedang menuju rumah sederhana itu.
Keras juga ketika mendorong pager ini. Bertanahkan pasir putih bertemankan rumput, pekarangan yang tak terlalu luas. Terkadang jika hujan deras pasti terdapat kolam-kolam genangan air di halaman ini, yah begitulah frend...
Tak lama kemudian...Dari dalam muncullah seorang yang namanya disebut-sebut oleh Rasul hingga tiga kali,
“Ibumu...ibumu...ibumu...”.
badan yang mungil itu sahaja sekali, dengan rambutnya yang mengembang tersenyum haru melihat kedatanganku, untuk yang kesekian kalinya kembali kucium tangannya yang agak kasar. Jihadnya seorang wanita adalah ketika dia berhasil dalam mengurusi dan mendidik keluarga, iya nggak...?, terlihat sekali sosok seorang Bunda rumah tangga yang sering melakukan pekerjaan rumah. Aku tahu benar, pagi-pagi Bunda bangun, mencuci pakaian yang sudah direndam pada malam harinya, paginya memasak untuk sarapan, setelah itu menyapu, mengepel, membersihkan segala sudut rumah ini, belanja kepasar, siangnya memasak,
Sore biasanya Bunda keluar kerumah untuk sekedar silatuhrahmi sembari membersihkan pekarangan or menonton acara perkembangan artis sekarang, dan aku rasa malam hari adalah malam yang paling terindah, menonton sinetron adalah hobinya...
”Bunda,...yang ku tahu bahwa dibawah telapak kakimu terletak Syurga...dan walaupun aku membopong badanmu menuju mekkah, rasanya belum cukup untuk membalas pengorbanan selama ini....”
Kubuka baju ini sesampainya didalam rumah, tak tahan panasnya, dan langsung tertuju pada baling-baling pelepas panas. Dan, berputarlah baling-baling itu....
Otomatis keluarlah angin buatan...ademmm. Bunda adalah orang yang banyak sekali bertanya tentang aktifitasku, pokoknya segala macem. Dari masalah makan, kostan, kuliah, teman, dan, mmmh hingga pacar, emang punya pacar.....Glek!!! pokoknya banyak nanya deh.......
Maklumlah aku telah berpisah semenjak aku kelas 3 SD, dan sekarang dirumah menjadi agak sepi. Semenjak Wawan masuk kuliah di Bogor, tinggallah Ayah, Bunda, dan Nanda. Jadi ya...gitu deh....
Ayah langsung menuju kekamar setelah mengantarku...jika dirumah hobinya adalah tidur..he. Tak lama aku ngobrol dengan Bunda....dan aku pun menyusul Ayah....yap tidur juga.....berharap nanti sore menjelang magrib Bunda memasak masakan yang uenakkk....terbayang deh, sayur ikan, bayam, serutan es melon, jelly, rendang, capcay, telur puyuh dicampur dengan......wah, jadi laper euy...padahal bedug masih lama.....udah ah....Zzzz
^^^^^^^^^^
Bosankah...??? Mm..terkadang iya, tapi nggak bosen-bosen amat kok, coz, Nanda memiliki Tarzan, permainan yang sering aku mainkan dan tentunya dengan kapal tempur...setahun sekali main PS...he, ternyata asyik juga.
Teriakkan yang harus berjuang dengan keras untuk mengejewantahkan ialah...
”Maaas, mas pipin...bantu Bunda ngupas bawang ya...!!!, cepetan...” Biasanya sehabis pulang dari sholat Dzuhur, aku langsung menuju kamar atas untuk baca koran sambil berbaringan. Dan sering sekali terdengar teriakan indah itu dari bawah...
”hah...Ya Allah, ngupas bawang...???
Please deh Mom...!!!”
“udah cepetan, buat persediaan masak nih…!”
Jilatan matahari siang masih terasa panas disekujur tubuh, so…ya mau nggak mau harus nego neh ma Bunda…
“ Bu…hehehe (cekikikan nggak jelas gitu…), ntar sore aja ya Bu…panas banget neh, kasihan ma mata…”, rayuku
Raut kekecewaan jelas terlukis diwajah Bunda….
“Ampun deh Bu…..ntar sore aja ya….piss, please…” Rayuku merona
Alhamdulillah, Bunda memberi ijin…..
duh, lagian ada-ada aja neh Bunda, jagoan kampus ngupas bawang…???, canda hatiku…Padahalkan nggak boleh seperti itu ya…??? Dosa lho pin…!, Ampun ya Allah..
Yah, beginilah resiko jika tidak memiliki anak perempuan. Doain aja deh…Bunda biar cepet punya anak perempuan…
Selaput cahaya jingga memayungi tubuh ini saat melintasi jantung kota Pekanbaru. Motor dinas Ayah yang tua itu ternyata masih bandel...Indah, itulah yang tergambar pada malam itu, lumayan untuk pelepas kebosanan. Lampu kota yang tergerai, hiasan bintang, deruan kendaraan membawa mata ini untuk tetap terus menatap sekitar. Gedung BI adalah yang paling lama kutatap, gedungnya agak gimana gitu....andai saja aku dapat kerja disana, tapi kayaknya nggak mungkin deh...jadi inget ma temen...
”lho...itukan riba tau...lagiankan yang syari’ah banyak....!!!”, she said, aku ingin sekali masuk dibagian Risk Management-nya, BI next time-lah pikirku. Malam ini aku bersama Ayah harus pergi kekantor, pertama kali pergi kekantor Ayah...mmmh, jabatan Ayah apa ya?, aku tak pernah tahu. Susahnya komputer di Pekanbaru, sampai-sampai harus pergi kekantor Ayah. Ada sebuah publikasi yang ingin aku print...tapi belum juga kutemukan Publisher itu....Alhamdulillah, Ayah dah sedikit berubah, beliau sekarang langkahnya ringan sekali jika mendengar azdan, biasanya malah duluan nyampe masjid dari pada aku.
Bau pengap terasa sekali ketika memasuki ruangan salah satu kantor ini. Kerlipan mousenya keren juga, kayak lampu disco....Btw, cukup Lama telunjuk ini memutar dan mengeklik Mouse imut itu.
”Mana ya softwarenya....” keluhku, tawaran teman Ayah yaitu sekaleng pocari-sweat dingin tak kugubris. Ugh, keringatku mulai bermain-main dikening dan lengan ini...fuih, aku harus mengedit publikasi ini. Ternyata softwarenya tak kutemukan, dan harus disiasati euy...tidak nyaman juga berlama-lama didepan komputer kantor ini, berhubung semakin larut malam, nggak enak dengan penjaganya,
akhirnya kuakhiri petualang publikasi ini. ”Failed...!!!”
”coba dah diprint di Bogor kemarin....”, kesalku.
Sabar atuh akang...ulah pundung nyak’.....
Kerutan jidat Ayah terlihat jelas ketika membaca hasil print-out yang jauh sekali dengan harapanku, tapi masih bisa terbaca. ”Bestat...???ini apa mas...”, tanya Ayah...
Wah, susah juga ngejelasinnya...dengan tersenyum pede aku jelasin asal muasalnya. Rencananya aku ignin menempelnya di UNRI, UIR, UIN dan beberapa PT di Pekanbaru, tapi apa daya tenaga tak sampai, pikiran nggak mudeng, hati tak khusuk, azzam tak kuat...
sampai kepulanganku, publikasi itu tak sempat aku sebarkan...It’s-ok-lah, biar waktu yang menjawab....Moga ada takdir yang lebih bagus untuk esok hari dan moga memang begitu adanya....kurang dari satu jam aku berada dikantor Ayah, mataku dah cape, perih, merah....
kuhirup nafas malam jantung kota ini serta sapaan Juntaian cahaya jalan, dengan slowly-nya motor Ayah meluncur. Aku pulang....
Sepenggal malam hanya meninggalkan ketidak- pastian Terkadang tak menyisakan sedikitpun harapan Di tepian hidup, kecemasan memang serupa dengan gelombang pasang
Seperti buih-buih menepi yang terseret waktu
Tapi cuaca malam ini mencerahkan kata-kataku Kerlipan warna muda lampu jalan menghisai hati ini
Aku tahu Hidup tak mengenal stagnasi Terus bergerak, berkembang, tumbuh atau mati....
Seperti buih-buih menepi yang terseret waktu
Tapi cuaca malam ini mencerahkan kata-kataku Kerlipan warna muda lampu jalan menghisai hati ini
Aku tahu Hidup tak mengenal stagnasi Terus bergerak, berkembang, tumbuh atau mati....
Detik-detik berharga itu akan segera berlalu, dengan cepatnya dia pergi. Tak banyak orang yang memperhatikan akan hal ini. Bahkan rasanya puasa yang seharusnya menuju jalan ketakwaan , nyaris tidak memunculkan dampak apapun dalam diri orang yang melakukannya…” Berapa banyak orang yang berpuasa tetapi ia tak mendapatkan apapun dalam puasanya kecuali lapar dan dahaga…”
Yah… Udara ramadhan sebentar lagi akan menghilang….Sedih…??? tentu iya…jujur banyak sekali moment yang terhilangkan dari ramadhan kali ini…Kuambil pear yang agak besar dalam kulkas, malam ini sangat terasa berbeda…nggak tahu pokoknya beda aja…sahutan takbir kemenangan yang pasti sedang bergema mengguncangkan seantero jagad raya ini….begitupun media elektronik yang tak lepas dari seruan takbir diselingi acara-acara komersil…. besok adalah hari raya idul fitri…Kembali kepada fitrah manusia….yaitu mengenal Allah…
Betapa sibuknya Bunda malam itu, memasak rendang, mengaduk kuah santan ketupat, memotong wortel…dan, tentunya pasti meminta bantuan sang anak yang paling tua ini….Nanda…??? Dia entah kemana begitu juga wawan….
Mungkin aku tak banyak teman di Pekanbaru...So, ya kebanyakan di rumah....menjelang isya, hujan mengguyur komplek Villa Indah Paus ini…Bunda terlihat khawatir memikirkan Nanda dan Wawan yang sedari tadi pergi…itulah Bunda, bawaannya selalu saja khawatir…
sepertinya besok tidak akan sholat dilapangan komplek karena tergenang air, alternatifnya ya dimasjid warga dan konsekwensinya harus berangkat lebih pagi biar dapat tempat…
Pujian kebesaran Asma Allah terus menyelimuti telinga ini, entahlah, apa puasaku sebulan lamanya diterima oleh-Nya apa tidak...bagaimana aku dengan 11 bulan berikutnya…Selingan kiriman sms menemaniku yang sedang merenungi pertanyaan sembari membantu Bunda ngupas wortel. Wah mengganggu juga neh kiriman sms dari temen temen. Tau nggak, setiap yang mengirim sms pasti aku catat di buku, sepertinya terlalu manis jika aku langsung menghapus pesan indah yang disampaikan. Ada yang lucu, ada yang puitis banget, ada yang make bahasa planet (nggak ngerti euy…),, ada yang sama isinya dengan sms tahun lalu…Bunda terkadang sering bertanya…
”nyatet apaan sih mas…??? Serius amat…”
“Bu…mau tauuuu aja….:)……”
Setuju nggak klu saya bilang bahwa esensi dari Hari Raya ‘Ied Fitri bukan terletak dari baju barunya, sofa baru , horden baru, karpet baru…??? Orang yang selamat adalah orang yang punya hati selamat (Qalbun Salim)…yah itulah, orang yang hatinya selamat pasti ia akan tahu fitrahnya…dari mana ia berasal dan kemana ia akan kembali, tentunya rentang antara hidup dan matinya selalu diisi dengan amal kebaikan…
Riang sekali melihat wahyu pagi, bocah kecil tetangga depan rumah yang sering usil, berkepala botak, gendut, badannya gempal sekali….Dengan lucunya berlari-lari dengan menggunakan sendal baru dan sebuah pistol mainannya…wahyu sering sekali main kerumah semenjak keberadaanku. Jika ia datang selalu saja aku dekapkan kedua telapak tangan ini kepipinya dan mengempitkannya…Gemes banget deh…
Aku hanya mengenakan baju koko berwarna gelap dengan celana panjang favorit kampus, Ayah, nanda, Wawan…biasa. Baju koko. Sarung, dan songkok.
Bunda….??? Wah Klu bunda jangan ditanya deh, Beliau memiliki koleksi baju lebaran yang menyerupai para artis…heheh, pokoknya lux banget deh….sempet malemnya Bunda memamerkan kedua pasang baju hari raya kepadaku…
“Gimana mas….bagus nggak….pas nggak sama jilbabnya…?”
Hiy…bajunya penuh sekali dengan pernak-pernik perak yang jika kena cahaya akan berkilauan…ternyata Bunda cantik juga jika menggunakan jilbab mungil itu…bahkan teramat cantik….
belaian mentari pagi menyapa menyambut hari kemenangan. Udara hujan yang dingin masih terasa dipelupuk kulitku. Hati yang bersemangat dan cerah berbondong-bondong menuju masjid. Sekilas terlihat tampang-tampang asing yang sesekali tersenyum padaku begitu juga denganku…banyak sekali yang memakai baju beradat melayu untuk yang Ayah-Ayahnya…taukan pakaian adat melayu…? Ya..seperti itulah….
Aku banyak sekali berkontemplasi segala yang aku lakukan selama ini, ketimbang mendengarkan ceramah Ustadz…Beberepa amanah yang tidak terselesaikan, kuliahku, tentang cita-cita…Aku besyukur pada-Mu Ya Allah atas apa yang engkau berikan padaku hingga saat ini. Yang sangat aku pikirkan adalah kok bisa-bisanya seorang anak yang duduk kelas dua SD tingkat akhir sudah ingin berpisah dengan kedua orang tua tercinta….kurang lebih 14 tahun aku tidak bersama-sama Ayah dan Bunda….
Jujur, kebahagian masa kecilku dulu agak sedikit terampas ketika tinggal dirumah Bude, tapi sungguh semua hikmahnya baru terasa sekarang, sampai sebuah pilihan yang tentunya sangat menentukan sekali dalam pola pikirku…Entahlah aku ini siapa…tapi yang pasti aku lebih mengenal islam. “ Barang siapa yang mengenal dirinya maka ia akan mengenal siapa yang menciptakan dirinya…”, yah…tidak ada sesuatu yang kebetulan dalam hidup ini, segalanya telah ditetapkan dalam Lauhul Mahfuz, sebuah tempat yang terjaga…dan satu hal lagi bahwa melalui pilihan ini aku ingin dapat melihat Wajah Allah Rabbbul Izzati nantinya….merinding…??? Ya, semerindingnya ketika jari-jari ini menulis kalimat.. ”…aku ingin dapat melihat wajah Allah....” diatas keyboard-ku ini.
^^^^^^^^^^
Aku sekeluarga berkumpul dan…yah…semacam ritual…Ayah duduk dibangku kemudian disusul oleh Bunda yang bersimpuh memegang tangan Ayah yang kemudian meminta maaf. Sebuah simbol yang benar-benar bahwa seorang Ayah adalah pemimpin sebuah keluarga….Aku, wawan dan Nanda juga saling bermaafan….Bunda mengalirkan air bening dari kedua matanya ketika saling bermaafan. Aku….??? Wah, aku malu jika harus menangis…cowok gitu loh….! Terkadang hati ini sering terkalahkan dengan ego yang aku miliki.... Saling bersalaman dan berpelukan itulah yang terlihat ketika rangkaian Sholat Ied Fitri berakhir, mulut pintu sesak dipenuhi jama’ah yang ingin segera keluar dari masjid. Saling mengunjungi kerumah-rumah warga sekitar sudah merupakan tradisi apalagi jika memiliki sanak saudara…mmmh, Bunda tidak bisa sholat, so, dengan sesegera aku pulang menuju rumah….Ucapan maaf yang aku ingin ucapkan pada Bunda…
Hentakkan keras terasa didalam perut ini...Laper Frend....!. otomatis dengan kreatifnya tangan ini mengambil sebuah pisau dan langsung memutilasi sebongkah ketupat...(serem banget bahasanya)....sayur ketupat, ayam goreng , rendang, kering tempe yang dicampur kentang dan ikan teri, emping lalu sambel....menghiasi piringku...Dan ya Wassalam....enak banget uey...dan sruuup...sruput...sekaleng cincau dingin berenang ditenggorokan ini.....
Alhamdulillah....wasyukurillah...bersyukur kepada Allah. Dihari berikutnya aku berkunjung keteman-teman Ayah...dan warga sekitar....
^^^^^^^^^^
Hanya 10 hari aku di Pekanbaru, dan saatnya sekarang aku harus kembali kekampus untuk melanjutkan citi-cita masa depanku. Yah…cukup singkat, tapi cukuplah bagiku saat melihat Nanda yang rajin kemasjid dan akan berjanji ketika aku pergi nanti ia akan selalu pergi kemasjid. Bunda yang selalu saja meminta kepadaku untuk mengajarkan mengaji…Ayah yang selalu saja pergi kemesjid jika adzan berkumandang, kata-kata yang penuh makna sewaktu Ayah Berbicara…yah rasanya itu cukup bagiku. Dan wawan, hidup ini adalah pilihan, hidayah itu milik Allah…semoga aku bisa menjadi teman yang terbaik….Ya Allah berkahi keluarga ini…
^^^^^^^^^^
Awan kelam menggelantungi Bandara dan tentunya hati ini…sebentar lagi aku akan menuju tempat menunggu keberangkatan….saat-saat yang sedih ketika melihat tetesan air suci itu kembali mengalir dari wajah Bunda…begitu khawatirnya Bunda kerena keadaan cuaca yang sangat mendung……Ayah dengan tenang meredam kesedihan Bunda…tabah sekali pria gagah ini…kagumku…kedua tangan orang tua-ku kucium untuk berpamitan….dan seperti difilm-film..sedih juga…tapi sekali lagi wajah-ku tidak sedikit melihatkan tangisan….padahal kalo mau tau aku ini orangnya agak cengeng….ketika waktu demo kampanye jalan sehat bersama-sama teman, aku menangis…melihat kaum muslimin yang begitu kompak sekali, melihat film Palestina, checnya…aku menangis melihat wajah surga itu dikuburkan…dan yah aku menangis….Bunda, Ayah, Nanda selamat berjuang….semoga kita dapat dikumpulkan dalam keluarga jannah Allah….teriama-kasih atas dorongannya selama ini….
Deruan mesin pesawat dan derasnya hujan mengantar kepergianku…Yah…hanya dua kata yang selalu terulang yaitu: terus berkarya, terus berkarya, dan terus berkarya…..Selamat tinggal Pekanbaru…kita bertemu lagi jika Allah mengijinkan…Allah pipin titip Bunda, Ayah, Nandanya…..
“ayo Wan berdoa moga selamat mpe Bogor….” Senyumku dalam pesawat…..
Salam Hangat untuk Ayah dan Bunda Tercinta
dari Gue....:-)
dari Gue....:-)