Tuesday, July 22, 2008

Pantang Dihela SuRut...

Cerita sebelumnya...
Pakde : Umur kamu sekarang berapa pin…?
Pipin : 24 mau ke 25 Pakde…
Pakde : Berarti sebentar lagi dong target kamu nikah....
Pipin : hehehe....(hati-ku tertawa sesak), mmm, (sesekali melamun singkat)...i..i..iya Pakde mohon doanya....
Pakde : Iya pin...Pakde dukung...Jadi laki-laki itu harus berani....Pakde dukung Pin...!!! (pastinya dengan suasana juang 45...)

Dan sinyal perjuangan 45 itu sebenarnya tidak sealur dengan keadaan hati-ku kala itu....Gagap, tidak mempunyai arah, monokrom, beku, confuse, bimbang, gelisah bercampur dengan kol, kacang panjang, toge, daun singkong, wortel dan sawi...Itulah akibat dari ucapan target yang sembrono. Kenapa sieh ingin nikah pada umur 25...? Sakralkah angka 25 itu di hidup-mu...? atau hanya karena engkau dihasut dan dianggap menjadi seorang penakut karena tidak berani menikah di umur 25...? atau juga banyak teman-temanmu yang menikah di umur 25...? atau juga karena sang Baginda Mulia Muhammad saw menikah di umur 25 maka engkau juga harus menikah pada umur 25....? Dan aku pun terdiam...? terdiam disudut ruangan itu...

Well...aku hanya bisa menjawab...aku ingin menikah di tahun ini yang memang bertepatan dengan umur-ku yang 25, thats All...Allah maha Kaya...dan tentunya akan membantu hambanya yang ingin menikah. Teman...aku nggk tahu apakah targetku tercapai apa tidak...Tapi berdasarkan Intelegensia Tanpa Batas mengajarkan kita untuk selalu yakin, yakin dan yakin... Bukankah kekuatan keyakinan bisa menciptakan kenyataan...??? Bukankah Allah mendengar doa-doa kecil kita....??? Tidak ada kekuatan melainkan kekuatan dari Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung. Tak lama lagi ’Mestakung’ alias semesta mendukung itu akan tercipta...

Teman....Sebentar lagi sang mahadewi itu akan wisuda di kampus yang konon berjulukan kampus rakyat...Dan aku pun harus menyiapkan amunisi yang mumpuni...Yah..akan kukatakan kepada Ayahnya....dengan lantang aku akan mengucapkan...’Pak...saya akan melamar putri Bapak...Aku mencintainya Pak...’
Aku akan melamarnya teman dihari wisudanya...

***********
Dan hari wisuda pun telah hadir. Dengan celana jeans biru muda putih dan kemeja biru, aku berjalan perlahan. Melihat kerumunan yang sesak. Well, untung ada mas roy, anak juragan dari lampung tea...dengan dandanan yang sederhana kita berjalan-jalan membelah kerumunan itu. Asyik juga nggk masuk kantor....Matahari mulai merangkak ke atas ubun-ubunku. Segenggam bunga telah ku-pegang erat di kelima jari ini. Dipersimpangan jalan itu aku berpisah dengan Mas Roy, karena beliau ada urusan. Dan aku melangkah menuju koridor faperta. Nafasku sungguh keras dan sesak, dengan iringan beberapa tembang Collective soul kutuliskan kisah ini. Dengan kikuk kuserahkan bunga itu....setelah berfoto2 ria....aku di bawa kerumah saudaranya terdekat. Dengan kondisi agak lelah...aku tegakkan badan ini di atas sejadah itu, berharap di beri kekuatan untuk berbicara kepada kedua orang tua atas maksud kedatangan-ku ini.

Kawan, engkau tahu kawan bagaimana rasanya ketika ingin mengutarakan maksud....” Pak...saya akan melamar Putri Bapak...”, weih, wezz, sungguh berat kawan...Jantung-ku berdetak lebih kencang, lebih kencang dari pukulan beduk sewaktu lomba di bulan Ramadhan. Kata-kataku tak beraturan, parau. Dan, kawan..tahukah apa yang terjadi, sejenak keajaiban menghampiri-ku...ya ya ya....singkat saja kawan...dengan kondisi suasana yang mendung, tiba-tiba mati lampu, klik...dan kontan saja keadaan sekitar menjadi agak sedikit gelap dan tenang....Pencaran api lilin menerangi sekitar disertai lambaian dedaudan dari luar...Yak...! aku katakan maksud ku itu.....aku masih ingat....Sang Bapak menatap ku..sembari berkata..”Sudah Siap Kamu Pin...?!”

weih, kawan...seperti peribahasa: ”Kalau kaki sudah terlangkahkan, pantang dihela surut : artinya kalau sudah terlanjur, jangan berhenti sampai disitu saja. ”...maju teruslah aing....” Insya Allah saya Siap Pak..!!!”
Ya Allah pipin nekat bener....teriak hati-ku....Sudah sudah....jika niat baik pasti ada jalan, begitu katanya.

Ya ya ya... Kalau kaki sudah terlangkahkan, pantang dihela surut....Bismillah...



Salam
Pipin Andriyanto
Cerita berikut:
Lamarannya

3 comments:

Indra Fathiana said...

subhaanalloh..
smg snantiasa diluruskan dan diberkahi ya pin. sy turut mendoakan :)

Anonymous said...

Wah...Ternyata begitu, ya..kalo mo lamaran...*mikir mode on

Pribahasanya pantes dijadiin jargon tuh..

Sekali layar terkembang pantang surut ke belakang......

Anonymous said...

Sebegitu dramatisnya acara melamar... Waduh jadi mikir, nanti saya gimana yak?