‘Ciri orang berakal dan berbudaya adalah tidak akan tinggal seterusnya di satu tempat. Meninggalkan tempat tinggalnya untuk mengembara. Itulah bagian dari istirahatnya. Pergilah dengan penuh keyakinan!!!. Niscaya akan engkau temukan pengganti semua yang engkau tinggalkan...
Bekerja keraslah karena hidup akan terasa nikmat setelah bekerja. Sungguh, aku melihat air yang tergenang dan berhenti, memercikkan bau tak sedap. Andaikan saja ia mengalir, air itu akan terlihat bening dan sehat...
Sebaliknya jika engkau biarkan air itu tergenang ia akan membusuk. Singa hutan dapat menerkam mangsanya setelah ia tinggalkan sarangnya. Anak panah tak akan mengenai sasarannya, jika tak beranjak dari busurnya...
Andaikan mentari berhenti selamanya di tengah langit, niscaya umat dari ujung barat sampai ujung timur akan bosan kepadanya...
Emas bagaikan debu, sebelum tambang sebagai emas. Sedangkan pohon cendana yang masih tertancap pada tempatnya, tak ubahnya pohon-pohon untuk kayu bakar...
Jika engkau tinggalkan tempat kelahiranmu, engkau akan temui derajat mulia di tempat yang baru dan engkau bagaikan emas yang sudah terangkat dari tempatnya...'
Aku baru tahu ternyata Imam Syafii'i telah membuat syair di atas yang begitu energik bagi orang-orang perantauan. Aku rasa sebagian dari kita semuanya, termasuk para sahabat-ku adalah orang perantauan. Karya Mas Amri dengan bukunya ‘Hidup untuk hidup’ rasanya memang cocok untuk orang-orang perantauan. Entahlah dimana tempat tinggal-ku nanti...Bumi Allah amat luas. Merantau terkadang membuat diri kita kepepet. Susah makan, nggak punya uang, dihina, ngutang sana sini, kurang tidur de el el. Namun, tidak sedikit orang yang memodifikasi keterpepetannya ini mejadi aneka rasa yang unik dan optimal sehingga kita mengenal dengan istilah indahnya kepepetisme...
Menjadi orang perantauan emang kudu berani, tahan banting, dan siap dengan segala kemungkinan yang terjadi. Weih, teman...setiap kita adalah pendekar kapak naga geni M-19...hehehe. Iya, kita semua adalah pendekar yang sedang berjuang untuk hari ini dan hari esok. Setiap pendekar pasti memiliki modal dalam berjuang di setiap kondisi. Yang jelas pasti memiliki jurus yang nyamleng ces-pleng dalam menghadapi keterpepetan. Ok, sobat-ku semua para pendekar perantauan...Selamat memasuki wilayah ketidakpastian...Kita udeh punya syair energik yang telah Imam Syafii’i tuliskan. Seperti yang mas amri sampaikan...:
’Kesulitan, halangan, tantangan, dan keruwetan hidup rasanya tak akan terlalu berat dirasakan saat kita yakin terhadap stok pertolongan Allah yang tak terbatas. Hiduplah untuk yang mahahidup, niscaya hidup kita menjadi lapang...’
Well, teman, weiiiih...entahlah, tantangan apalagi yang akan kita hadapi di hari esok...tapi yang jelas jangan takut akan masa depan…..
Saling mengingatkan ye...
salam
pipin Andriyanto
Friday, November 30, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment