Biarlah pikiran ini tetap terus mengembara ke tempat yang ia suka...walaupun aku tahu bahwa aku saat ini sangat terasa kelelahan...desakan angin dingin memaksa untuk masuk kedalam ruang berpikirku…seharusnya jaket hitam itu menyelimuti tubuhku…namun, tunggulah sebentar…biarkan saja pikiranku untuk terus mengembara…aku tahu ia pergi tanpa alas kaki…semoga saja tidak lama…
Tapi, sepertinya sangat jauh sekali pikiranku mengembara hingga-hingga jemariku sulit sekali untuk menulis sesuatu...karena hanya menunggu perintah dari ucapan pikiran…mmmh, saat waktu bukan lagi hitungan hari, minggu, bulan bahkan tahun…bukan lagi hitungan detik atau menit…aku sering merasakan kalimatku yang menggantung dikekosongan…entah berapa lama aku disapa keheningan…'waktu adalah kehidupan…' ya ya aku tahu, dia adalah bagian dari-ku yang tak akan pernah lepas…clear ! tidak ada sesuatu yang aneh…hanya saja, waktu berjalan teramat cepat…Aku berharap besok matahari tidak menjadi lumpuh...karena aku tidak ingin lagi suasana menjadi gelap.
Teman...bagaimana hidupmu saat ini...? bosan dengan pekerjaan...?, Semakin tidak dewasa...? ingin sekali melakukan hal yang terlalu imajiner...? Merasa tekanan saat di kantor...? Keuangan kembang kempis...?, ck ck ck...engkau tak sadar sudah berada dikantor selama setahun lebih, keinginan yang tak kunjung rampung, dan engkau hanya melihat langit beserta bintang gemintang...huyeuh, hanya itu! Engkau lihat teman, diriku saat ini layaknya grafik penjualan monitoring tabloid PULSA...berfluktuatif, tajam menukik menyerupai rajawali menjemput mangsa, acak tidak membentuk sebuah trend, koefisien keragaman yang cukup besar... Yang harus kita lakukan adalah memecahkan kebuntuan itu teman. Biarlah keadaanku seperti grafik itu saat ini, karena menurutku koefisian keragaman yang cukup besar itu menandakan masih adanya kehidupan yang bertaburkan harapan dan cita-cita. Konon para sarjana muda statistika sangat sekali menghindarkan perolehan koefisien keragaman yang besar karena hal itu menandakan bahwa model yang disusun tidak sesuai dengan realitas lapangan. Walhasil ya model harus kembali dirombak...Terkadang hal itu sejalan dalam kamus kehidupanku. Semestinya kita memiliki antisipasi jika berhadapan dengan sesuatu yang tidak kita harapkan, harapan tidak sesuai dengan realita...ya’, model harus kembali di rombak...
Teman...bahwa tahukah engkau aku sangat-sangat ingin sekali around-around berputar mengelilingi wilayah sumatera. Setidaknya tempat dimana saat aku pertama kali muncul di muka bumi ini. Belakang padang...sebuah pulau yang terletak wilayah Batam, Riau. Jelas sudah, setidaknya label anak pulau agak melekat di sekujur badan-ku. Konon ari-ariku ketika lahir tertanam dengan sakral di Pulau Belakang Padang itu. Mungkin itu yang memanggil diri ini berkunjung kesana...Namun rasa-rasanya untuk saat ini tidak memungkinkan membawa badan ini menuju ke sana. Aku masih ingat rasa bau pelabuhan Batam, perjalanan melintasi samudera di taburi dengan kemilau cahaya lautan. Pulau-pulau kecil yang berkembang biak, terjangan angin yang membuat katup mata merapat sembari putaran poros leher 180 derajat beberapa kali untuk melihat keadaan sekitar...Yah...aku rindu akan hal itu...
Oh ternyata pikiranku sedang bertamasya ke tempat dimana ari-ari ku di-benamkan. Sejanak terbayang wajah sakti mbah kakung...Bubur putih dan bubur coklat yang entah buat apa selalu saja tersedia dikamarnya setiap seminggu sekali... Sedangkan mbah putri....” Oalah...putu-ku lanang....mmuah...mmuaah...”, bahasa sambutan yang sumringah tepat ketika aku datang berkunjung kerumahnya sembari mencium pipi kanan dan kiri-ku. Aku masih ingat jelas bahwa mbah kakung yang sakti mandraguna itu mempunyai pulau....mmh, mungkin lebih tepatnya wilayah kekuasaan secara de facto...aku menyebutnya dengan Pulau Surga buah-buahan...Iya...pulau itu banyak terdapat aneka warna buah-buahan....nangka, rambutan, pisang, mangga kecil yang manis, kueni, manggis...Dulu jika sedang bersilatuhrahmi ke Pulau itu memang seperti layaknya surga (surga yang ada di otak ini kala itu)....karena ya itu tadi banyak buah yang bisa aku makan...maklum masih kecil ya masih pecicilan...Sekarang masih ada nggk ya itu pulau...???
Speed boat yang bernama pancung itu masih mengapung dan melaju hilir mudik...??? Sampan kayu yang ada mesinnya di bemper belakang...??? penelusuran-ku mengatakan ya’ masih ada...kendaraan itulah yang aku tumpangi menuju Belakang Padang dan Pulau surga Buah-buahan. Uji nyali fear factor pun terjadi saat boat pancung ini berpapasan dengan kapal cepat singapur...walhasil akan terjadi semacam gelombang buatan yang membuat jantung ngalor-ngidul nggk keruan...Lumayanlah berpeluang dengan sangat untuk mendarat di air asin samudra itu.
Layaknya perjalanan waktu, hari semakin gelap dan pikiran-ku pun akan segera pulang kembali ke paraduan untuk kembali lagi berdiskusi, mematangkan rencana, membangun kerajaan masa depan. Terakhir dia meyampaikan kepada-ku.: ”Pin...engkau memang harus ke Belakang Padang...” dan aku jawab...” Itu pasti teman, tapi setelah aku melakukan sebuah perjalanan hidup yang imajiner....Doakan teman, kian hari semakin dekat saja...”. ” Baiklah jika itu harus kau lewati....”, balasnya sembari menutup diri di dalam diri ini. Awan tinggi itu masih terlihat kelam, hujan perlahan mengucur deras dan dingin semakin runcing. Diri ini masih saja berkabut kegelisahan, terlunta memandang tulang belulang tubuh ini, Hhhf...Imajiner dan Belakang Padang....sebegitu eksotisnya-kah engkau...??? Ya, aku akan Pulang...
Teman...bagaimana hidupmu saat ini...? bosan dengan pekerjaan...?, Semakin tidak dewasa...? ingin sekali melakukan hal yang terlalu imajiner...? Merasa tekanan saat di kantor...? Keuangan kembang kempis...?, ck ck ck...engkau tak sadar sudah berada dikantor selama setahun lebih, keinginan yang tak kunjung rampung, dan engkau hanya melihat langit beserta bintang gemintang...huyeuh, hanya itu! Engkau lihat teman, diriku saat ini layaknya grafik penjualan monitoring tabloid PULSA...berfluktuatif, tajam menukik menyerupai rajawali menjemput mangsa, acak tidak membentuk sebuah trend, koefisien keragaman yang cukup besar... Yang harus kita lakukan adalah memecahkan kebuntuan itu teman. Biarlah keadaanku seperti grafik itu saat ini, karena menurutku koefisian keragaman yang cukup besar itu menandakan masih adanya kehidupan yang bertaburkan harapan dan cita-cita. Konon para sarjana muda statistika sangat sekali menghindarkan perolehan koefisien keragaman yang besar karena hal itu menandakan bahwa model yang disusun tidak sesuai dengan realitas lapangan. Walhasil ya model harus kembali dirombak...Terkadang hal itu sejalan dalam kamus kehidupanku. Semestinya kita memiliki antisipasi jika berhadapan dengan sesuatu yang tidak kita harapkan, harapan tidak sesuai dengan realita...ya’, model harus kembali di rombak...
Teman...bahwa tahukah engkau aku sangat-sangat ingin sekali around-around berputar mengelilingi wilayah sumatera. Setidaknya tempat dimana saat aku pertama kali muncul di muka bumi ini. Belakang padang...sebuah pulau yang terletak wilayah Batam, Riau. Jelas sudah, setidaknya label anak pulau agak melekat di sekujur badan-ku. Konon ari-ariku ketika lahir tertanam dengan sakral di Pulau Belakang Padang itu. Mungkin itu yang memanggil diri ini berkunjung kesana...Namun rasa-rasanya untuk saat ini tidak memungkinkan membawa badan ini menuju ke sana. Aku masih ingat rasa bau pelabuhan Batam, perjalanan melintasi samudera di taburi dengan kemilau cahaya lautan. Pulau-pulau kecil yang berkembang biak, terjangan angin yang membuat katup mata merapat sembari putaran poros leher 180 derajat beberapa kali untuk melihat keadaan sekitar...Yah...aku rindu akan hal itu...
Oh ternyata pikiranku sedang bertamasya ke tempat dimana ari-ari ku di-benamkan. Sejanak terbayang wajah sakti mbah kakung...Bubur putih dan bubur coklat yang entah buat apa selalu saja tersedia dikamarnya setiap seminggu sekali... Sedangkan mbah putri....” Oalah...putu-ku lanang....mmuah...mmuaah...”, bahasa sambutan yang sumringah tepat ketika aku datang berkunjung kerumahnya sembari mencium pipi kanan dan kiri-ku. Aku masih ingat jelas bahwa mbah kakung yang sakti mandraguna itu mempunyai pulau....mmh, mungkin lebih tepatnya wilayah kekuasaan secara de facto...aku menyebutnya dengan Pulau Surga buah-buahan...Iya...pulau itu banyak terdapat aneka warna buah-buahan....nangka, rambutan, pisang, mangga kecil yang manis, kueni, manggis...Dulu jika sedang bersilatuhrahmi ke Pulau itu memang seperti layaknya surga (surga yang ada di otak ini kala itu)....karena ya itu tadi banyak buah yang bisa aku makan...maklum masih kecil ya masih pecicilan...Sekarang masih ada nggk ya itu pulau...???
Speed boat yang bernama pancung itu masih mengapung dan melaju hilir mudik...??? Sampan kayu yang ada mesinnya di bemper belakang...??? penelusuran-ku mengatakan ya’ masih ada...kendaraan itulah yang aku tumpangi menuju Belakang Padang dan Pulau surga Buah-buahan. Uji nyali fear factor pun terjadi saat boat pancung ini berpapasan dengan kapal cepat singapur...walhasil akan terjadi semacam gelombang buatan yang membuat jantung ngalor-ngidul nggk keruan...Lumayanlah berpeluang dengan sangat untuk mendarat di air asin samudra itu.
Layaknya perjalanan waktu, hari semakin gelap dan pikiran-ku pun akan segera pulang kembali ke paraduan untuk kembali lagi berdiskusi, mematangkan rencana, membangun kerajaan masa depan. Terakhir dia meyampaikan kepada-ku.: ”Pin...engkau memang harus ke Belakang Padang...” dan aku jawab...” Itu pasti teman, tapi setelah aku melakukan sebuah perjalanan hidup yang imajiner....Doakan teman, kian hari semakin dekat saja...”. ” Baiklah jika itu harus kau lewati....”, balasnya sembari menutup diri di dalam diri ini. Awan tinggi itu masih terlihat kelam, hujan perlahan mengucur deras dan dingin semakin runcing. Diri ini masih saja berkabut kegelisahan, terlunta memandang tulang belulang tubuh ini, Hhhf...Imajiner dan Belakang Padang....sebegitu eksotisnya-kah engkau...??? Ya, aku akan Pulang...
Salam
Pipin Andriyanto
Pipin Andriyanto