Fuih...malem ini tenaga-ku pasti akan terserap habis dimakan hiruk pikuk kendaraan senja...sebentar lagi 'pakaian' bumi akan berubah...yang jelas nanti aku pasti akan banyak bertemu dengan wajah2 penat sama seperti diriku...ada sebuah kewajiban yang harus dilunaskan seiring dengan tuntutan hak. Setiap orang pastinya memiliki segala bentuk, segala rupa, segala macam, segala atribut, segala segalanya yang berharga...uang, kedudukan, keahlian, dan many others-lah. Cuma sekarang masalahnya sebarapa berharganya ‘harga’ itu…hey…hm...sudahlah cape juga ngomongin about harga….
Aku hanya ingin tersenyum di sela kepenatanku…senyum yang melahirkan ke optimisan…jadi inget bahwasanya senyum adalah bundanya optimis. Agak susah memang mengaplikasikannya, tapi untuk sebagian orang tidaklah sesulit memaknai kata-kata ‘senyum adalah bunda optimis’. Dulu, ketika dirundung masalah aku hanya berusaha senyum untuk sekedar menguatkan jiwa. Kehilangan kesempatan yang bagus, aku berusaha senyum, berharap ia akan datang lagi.
Merasa diri ini paling bodoh seantero jagat, aku hanya berusaha senyum agar suatu saat nanti kebodohan itu dapat aku bunuh. Berpikir keras agar bisa mencari uang, aku berusaha dan bekerja sambil sesekali tersenyum. Menjalankan beberapa amanah yang tidak ringan, yah...aku tersenyum untuk merenung agar dapat menjalankan dengan baik.
Mengamati suasana malam sehabis bekerja....aku tersenyum memandang langit, berharap suatu saat nanti aku akan menjadi apa yang aku inginkan. Mencorat-coret kertas ide di Bis...aku tersenyum. Ingin sekali rasanya menjadi bagian dari peradaban. Hidup hanya dapat dipahami ke belakang, namun hidup harus dijalani ke depan, dan akupun tersenyum. Dipenghujung malam yang sendu, aku lirihkan permohonan kepada Sang Penguasa Alam, aku tersenyum, semoga Allah, Rasul, warga langit dan bidadari sekalipun tersenyum melihat tangisan senyumku. Inget ya, bermuka masam dapat mendatangkan kegagalan.
Aku hanya ingin tersenyum di sela kepenatanku…senyum yang melahirkan ke optimisan…jadi inget bahwasanya senyum adalah bundanya optimis. Agak susah memang mengaplikasikannya, tapi untuk sebagian orang tidaklah sesulit memaknai kata-kata ‘senyum adalah bunda optimis’. Dulu, ketika dirundung masalah aku hanya berusaha senyum untuk sekedar menguatkan jiwa. Kehilangan kesempatan yang bagus, aku berusaha senyum, berharap ia akan datang lagi.
Merasa diri ini paling bodoh seantero jagat, aku hanya berusaha senyum agar suatu saat nanti kebodohan itu dapat aku bunuh. Berpikir keras agar bisa mencari uang, aku berusaha dan bekerja sambil sesekali tersenyum. Menjalankan beberapa amanah yang tidak ringan, yah...aku tersenyum untuk merenung agar dapat menjalankan dengan baik.
Mengamati suasana malam sehabis bekerja....aku tersenyum memandang langit, berharap suatu saat nanti aku akan menjadi apa yang aku inginkan. Mencorat-coret kertas ide di Bis...aku tersenyum. Ingin sekali rasanya menjadi bagian dari peradaban. Hidup hanya dapat dipahami ke belakang, namun hidup harus dijalani ke depan, dan akupun tersenyum. Dipenghujung malam yang sendu, aku lirihkan permohonan kepada Sang Penguasa Alam, aku tersenyum, semoga Allah, Rasul, warga langit dan bidadari sekalipun tersenyum melihat tangisan senyumku. Inget ya, bermuka masam dapat mendatangkan kegagalan.
”...Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu...”(40:60)
”Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? apakah disamping Allah ada Tuhan (yang lain)? amat sedikitlah kamu mengingati(Nya).” (27:62)
”Tidak ada yang akan menyatakan terjadinya hari itu selain Allah.”(53:58)Yah...pengembaraan yang aku lakukan, senantiasa terbesit harapan optimis dari rekahan senyum. Itu yang aku tahu...Betapa beratnya untuk tersenyum ketika sedang mendapat musibah...Namun, tersenyumlah...seperti senyuman para ahli Badar. Hfff....desakan nafasku terdengar lirih sesaat...Senyuman Badar yang melahirkan optimisme....seperti apa ya....???
‘ Optimisme adalah buah dari harapan. Dan harapan, kata rasulullah saw, adalah rahmat Allah swt pada umatku. Kalau bukan karena harapan, kata beliau lagi, niscaya takkan ada orang yang mau menanam pohon, dan takkan ada ibu yang mau menyusui anaknya.’
Entahlah...mungkin tak salah jika seorang pejuang mengatakan,’ Sumber energi penciptaan dalam diri kita terletak di kedalaman jiwa kita, yaitu sebuah wilayah kecil yang harus seantiasa terjaga ketat, itulah yang ingin saya sebut sebagai wilayah kegembiraan. Disana tersimpan energi jiwa yang sangat dasyat, itulah optimisme.’
Apa yang terbayangkan dengan wajah dan senyuman dari para prajurit Badar...Tersenyumlah...bahwa engkau akan masuk syurga...mintalah tolong kepada Allah...dan, optimislah....kita akan menang. Jiwa-ku masih bernafas hingga saat ini...disela-sela keterbatasan pandangan langkah. Yup, lelah pastinya...penat itu jelas...tapi tidak dengan mengingat senyuman para ahli badar yang melahirkan sebuah nilai yang berharga, yaitu Optimisme...
' Optimis adalah harapan yang matang, keyakinan dan kepercayaan pada waktu, atau tepatnya pada masa depan, yang menjelma menjadi energi jiwa yang dasyat. Dari sana para pahlawan mukmin sejati menemukan dorongan jiwa yang tak pernah habis, untuk terus bekerja dan bekerja, berkarya dan berkarya lagi. Optimisme adalah gelora jiwa, tapi riak dan gelombangnya adalah kegembiraan.'
Ok…segalanya itu memiliki batas dari yang tak berbatas…malem telah mengenakan ‘pakaian’nya…Hmmm, aku akan berangkat menuju taman syurga…semoga Allah memudahkan selalu langkah kaki ini…
Entahlah...mungkin tak salah jika seorang pejuang mengatakan,’ Sumber energi penciptaan dalam diri kita terletak di kedalaman jiwa kita, yaitu sebuah wilayah kecil yang harus seantiasa terjaga ketat, itulah yang ingin saya sebut sebagai wilayah kegembiraan. Disana tersimpan energi jiwa yang sangat dasyat, itulah optimisme.’
Apa yang terbayangkan dengan wajah dan senyuman dari para prajurit Badar...Tersenyumlah...bahwa engkau akan masuk syurga...mintalah tolong kepada Allah...dan, optimislah....kita akan menang. Jiwa-ku masih bernafas hingga saat ini...disela-sela keterbatasan pandangan langkah. Yup, lelah pastinya...penat itu jelas...tapi tidak dengan mengingat senyuman para ahli badar yang melahirkan sebuah nilai yang berharga, yaitu Optimisme...
' Optimis adalah harapan yang matang, keyakinan dan kepercayaan pada waktu, atau tepatnya pada masa depan, yang menjelma menjadi energi jiwa yang dasyat. Dari sana para pahlawan mukmin sejati menemukan dorongan jiwa yang tak pernah habis, untuk terus bekerja dan bekerja, berkarya dan berkarya lagi. Optimisme adalah gelora jiwa, tapi riak dan gelombangnya adalah kegembiraan.'
Ok…segalanya itu memiliki batas dari yang tak berbatas…malem telah mengenakan ‘pakaian’nya…Hmmm, aku akan berangkat menuju taman syurga…semoga Allah memudahkan selalu langkah kaki ini…
' Ya allah, aku berlindung kepada-Mu dari rasa gelisah dan sedih, dari kelemahan dan kemalasan, dari sifat pengecut dan bakhil, dari tekanan hutang, dan kesewenangan-wenangan orang '
Menuju taman syurga yang penuh berkah....
1 comment:
Pertamaxxxxxxx...Yah..kita memang harus slalu optimis karena dengan optimis kita akan merasa lebih bahagia
Post a Comment