Sedikit Flash back ke masa lalu....Klu di tanya apa cita-citaku dulu...pasti aku akan menjawab Pengen jadi gitaris...Musik kala itu merupakan tarikan nafas yang selalu bergelora, liar, dan energik. Berawal dari sebuah gitar kopong nylon punya kakak sepupu dan mulailah jemari ini bergerak kencang meliuk-liuk. Rokok dan musik merupakan hal yang tak terpisahkan, begitu juga diri ini. Berawal dari kelas 2 SMP klu tidak salah aku membuat sebuah group...Entahlah nama pertama kali itu apa...Namun sederatan nama seperti Adem, Antik, PriBoemi, Traffic Light, PyulRound...(yang lain sudah lupa)...pernah bersemayam di tangan ini. Rock adalah pilihan-ku di kala itu...makanya nama gitaris luar seperti Nuno Bettencourt, paul Gilbert, Richie Sambora, John Petrucci, Yngwie m, Richie Kotzen, Steve vai, joe Satriani...bukanlah hal yang asing...weih, melihat jemari mereka yang meraung-raung memainkan gitar membuat jiwa ini ingin menghisap ilmunya agar menembus dinding bebal jemari-ku yang kolot ini.
Keinginan kuat untuk belajar gitar akhirnya mempertemuakanku dengan ridho dan eric. Mereka berdua inilah yang meng-amplas dan memoles permainanku. Berawal dari basic blues yang konon katanya seih merupakan cikal bakal bendera Rock. Pentatonic, bending, slur, picking, typing...haiyah....puyeng istilah dalam mendalami melodi blues...Kurang lebih belajar dari Ridho 1 tahun begitu juga eric. Terakhir denger kabar klu Ridho ini menjadi gitarisnya yang mengiringi Mulan jameela, sedangkan eric..wah nggk tau neh kabarnya. Mmh, not bad-lah permainan Blues ku kala itu. Dari situ terbukalah wawasanku tentang melodi gitar. Well klu melodi nada Mayor....gunakan saja Pola Do Re Mi Fa So La Si Do'....klu melodi minor ya dimiring-miringkan saja...hehehe, susah juga ya.
Setiap orang punya gaya, punya cerita, punya warna, dan punya nyawa dalam menghidupkan sekumpulan senar gitarnya. Obsesi menjadi gitaris ternyata membawaku untuk memiliki gitar electric...dan dengan persetujuan yang Irrasional kala itu maka hadirlah sebuah pacar baru untuk ku, yaitu Tele Caster...Bentuknya sederhana namun indah dan manis. Terkadang terlihat Perlente...mungkin seperti Richie kotzen. Alamak...Makin deket ama Impian neh. Semakin giat berlatih, hingga Speed-ku terkadang menyamai 1/32 ketukan walaupun sering ke-plitek. Biasanya seih ya 1/16 ketukan....hihhii...pasti bingung ya..Hingga aku bisa merampungkan sebuah album Indie label jadul Instrumen gitar...engkau tahu teman...Aku dengerkan di walkMan, kututup rapat telinga ini...kupejamkan kepalaku dengan bantal...Zleep...secepat kilat aku melayang berkhayal layaknya sang maestro Legendaris memainkan irama nge-beatnya..Ya aku di atas panggung menjadi Bintang Gitaris Progesif yang memukau…wernggggg…!!!!
Wow...Sebegitukah hasilnya...soulnya dapet seih walaupun agak pecah dan kasar soundnya, namun aku puass. Ada beberapa judul seperti nila, Jazzy, BluesCrow....Ah, sudah lupa...sedih terasa teramat dalam. Rekaman karya-ku itu lenyap ditelan banjir sewaktu kuliah di Bogor....aih, well...apa boleh buat....berada di atas panggung dengan sorakan penonton adalah hal yang sangat gila bagiku...Mmmh, Ok banget deh...Hal ini aku katakan kepada ibuku bahwa aku ingin serius di bidang ini...hidup sebagai musisi (gitaris)...Dan apa respon sang ibu...” Ibu ngk setuju, nanti kamu obat-obatan, rambut gondrong, hidup tak teratur...pokoknya nggk....!!!!”...
Hhhff....entahlah, mungkin doa ibu telah menggetarkan Arsy Allah, sehingga aku tidak menjadi apa yang telah aku citakan. Hey, tapi jemari ini tak hentinya meliukkan tarian nakalnya ingin kembali berlarian di atas gitar. Selama kurang lebih 8 tahun aku tidak bermain bersama Tele Caster-ku yang perlente itu. Ada rasa sedih, ya..karena dalam rentang waktu itu, aku sangat jarang sekali menyentuhnya. Kekakuan telah menggrogoti jemari ini. Aku terbenam dengan Glamornya Kampus Rakyat dengan beragam kegiatan. Yah, setidaknya aku telah berhenti merokok dan aktifitas musik-ku tidak terlalu se-gila sewaktu SMA. Terkadang kita terpojok pada pilihan...Akan menjadi apa aku ini...??? Yang ada dibenak-ku saat itu ialah: Aku ingin hidup-ku bermakna dengan nuansa kemanfaatan. Heih, mungkin doa ibu yang telah memberikan cahaya ini. Seakan-akan aku tidak pernah lagi memikirkan tentang dunia musik.
Namun kini, roh Tele caster itu bangkit lagi mencari tuannya. Dia terus memangilku…Saat berkunjung ke rumah bude. Kaki ini langsung menuju ke kamar atas dimana Tele caster-ku itu bertapa. Kubuka tas lapuk itu, kulihat keadaannya..well…masih halus…sedikit terlihat bintik-bintik karat, namun tampilannya masih menawan sangat-sangat manis sekali. Memang terasa parau jemari ini memainkannya lagi. Tapi aku masih ingat pola-pola pelajaran dasar blues. Finally, benda pusaka itu pun aku boyong ke ciputat….Hmm, mewujudkan sesuatu yang tertunda..? menjadi sang Maestro lagi…? Entahlah….Semakin kulihat semakin kental rasa ingin menjadi apa yang telah aku citakan…..So, Kira-kira Ok nggk kalo gue jadi Musisi….???
Hihihi...walakadah...Kayaknya hanya untuk kalangan sendiri saja...Musik untuk keluarga tercinta saja deh...Piss ya...
Keinginan kuat untuk belajar gitar akhirnya mempertemuakanku dengan ridho dan eric. Mereka berdua inilah yang meng-amplas dan memoles permainanku. Berawal dari basic blues yang konon katanya seih merupakan cikal bakal bendera Rock. Pentatonic, bending, slur, picking, typing...haiyah....puyeng istilah dalam mendalami melodi blues...Kurang lebih belajar dari Ridho 1 tahun begitu juga eric. Terakhir denger kabar klu Ridho ini menjadi gitarisnya yang mengiringi Mulan jameela, sedangkan eric..wah nggk tau neh kabarnya. Mmh, not bad-lah permainan Blues ku kala itu. Dari situ terbukalah wawasanku tentang melodi gitar. Well klu melodi nada Mayor....gunakan saja Pola Do Re Mi Fa So La Si Do'....klu melodi minor ya dimiring-miringkan saja...hehehe, susah juga ya.
Setiap orang punya gaya, punya cerita, punya warna, dan punya nyawa dalam menghidupkan sekumpulan senar gitarnya. Obsesi menjadi gitaris ternyata membawaku untuk memiliki gitar electric...dan dengan persetujuan yang Irrasional kala itu maka hadirlah sebuah pacar baru untuk ku, yaitu Tele Caster...Bentuknya sederhana namun indah dan manis. Terkadang terlihat Perlente...mungkin seperti Richie kotzen. Alamak...Makin deket ama Impian neh. Semakin giat berlatih, hingga Speed-ku terkadang menyamai 1/32 ketukan walaupun sering ke-plitek. Biasanya seih ya 1/16 ketukan....hihhii...pasti bingung ya..Hingga aku bisa merampungkan sebuah album Indie label jadul Instrumen gitar...engkau tahu teman...Aku dengerkan di walkMan, kututup rapat telinga ini...kupejamkan kepalaku dengan bantal...Zleep...secepat kilat aku melayang berkhayal layaknya sang maestro Legendaris memainkan irama nge-beatnya..Ya aku di atas panggung menjadi Bintang Gitaris Progesif yang memukau…wernggggg…!!!!
Wow...Sebegitukah hasilnya...soulnya dapet seih walaupun agak pecah dan kasar soundnya, namun aku puass. Ada beberapa judul seperti nila, Jazzy, BluesCrow....Ah, sudah lupa...sedih terasa teramat dalam. Rekaman karya-ku itu lenyap ditelan banjir sewaktu kuliah di Bogor....aih, well...apa boleh buat....berada di atas panggung dengan sorakan penonton adalah hal yang sangat gila bagiku...Mmmh, Ok banget deh...Hal ini aku katakan kepada ibuku bahwa aku ingin serius di bidang ini...hidup sebagai musisi (gitaris)...Dan apa respon sang ibu...” Ibu ngk setuju, nanti kamu obat-obatan, rambut gondrong, hidup tak teratur...pokoknya nggk....!!!!”...
Hhhff....entahlah, mungkin doa ibu telah menggetarkan Arsy Allah, sehingga aku tidak menjadi apa yang telah aku citakan. Hey, tapi jemari ini tak hentinya meliukkan tarian nakalnya ingin kembali berlarian di atas gitar. Selama kurang lebih 8 tahun aku tidak bermain bersama Tele Caster-ku yang perlente itu. Ada rasa sedih, ya..karena dalam rentang waktu itu, aku sangat jarang sekali menyentuhnya. Kekakuan telah menggrogoti jemari ini. Aku terbenam dengan Glamornya Kampus Rakyat dengan beragam kegiatan. Yah, setidaknya aku telah berhenti merokok dan aktifitas musik-ku tidak terlalu se-gila sewaktu SMA. Terkadang kita terpojok pada pilihan...Akan menjadi apa aku ini...??? Yang ada dibenak-ku saat itu ialah: Aku ingin hidup-ku bermakna dengan nuansa kemanfaatan. Heih, mungkin doa ibu yang telah memberikan cahaya ini. Seakan-akan aku tidak pernah lagi memikirkan tentang dunia musik.
Namun kini, roh Tele caster itu bangkit lagi mencari tuannya. Dia terus memangilku…Saat berkunjung ke rumah bude. Kaki ini langsung menuju ke kamar atas dimana Tele caster-ku itu bertapa. Kubuka tas lapuk itu, kulihat keadaannya..well…masih halus…sedikit terlihat bintik-bintik karat, namun tampilannya masih menawan sangat-sangat manis sekali. Memang terasa parau jemari ini memainkannya lagi. Tapi aku masih ingat pola-pola pelajaran dasar blues. Finally, benda pusaka itu pun aku boyong ke ciputat….Hmm, mewujudkan sesuatu yang tertunda..? menjadi sang Maestro lagi…? Entahlah….Semakin kulihat semakin kental rasa ingin menjadi apa yang telah aku citakan…..So, Kira-kira Ok nggk kalo gue jadi Musisi….???
Hihihi...walakadah...Kayaknya hanya untuk kalangan sendiri saja...Musik untuk keluarga tercinta saja deh...Piss ya...
Salam
Pipin Andriyanto
Pipin Andriyanto
5 comments:
w saksi hidup permainan gitar si pipin.. hebat. Pin, menurut gw lu harus asah itu.. paling enggak sekarang mental dan iman lu kan udah mantap, jadi hga mungkin lah musyrik gara2 musik. Tema lagu, ya religi dong... jadi nanti mungkin akan keluar komposisi dengan judul Arsy, In God heand.. atau what everlah.. gimana? gw pengemar setia lu Pin.. get the soul when u play that thing..
Weih, git...my Prend...Jadi loe setuju neh klu dewa gitar balik lagi...??? Wah, BolJug tuh...Tinggal nyicil beli Sound. Moga gue bisa punya mini Studio. Iye neh, pengen berkreasi lagi...Prend, kangen ah gue ma loe...
Loh, senang main gitar, toh ?
Gak nyangka..
Kirain mas pipin ini kalem-kalem aja :D
Emang kalem kok orangnya...:-p
ternyata oh ternyata ...:-)
Musik untuk keluarga ternyata hmhmhmhm... kedengarannya bagus bro :-)
Prs
Post a Comment